KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Total pendapatan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (
TLKM) sepanjang tahun 2020 hanya naik 0,66%, dari Rp 135,57 triliun pada 2019 menjadi Rp 136,46 triliun. Padahal, sepanjang tahun 2019, pertumbuhan total pendapatan Telkom mencapai 3,7%
year on year (yoy).
VP Corporate Communication Telkom Pujo Pramono mengatakan, pendapatan total Telkom yang hanya naik kurang dari 1% pada tahun 2020 disebabkan oleh tekanan pada bisnis
mobile akibat bisnis
legacy (
voice dan SMS) yang turun signifikan seiring peralihan konsumsi ke layanan data. Sebagaimana diketahui, segmen
mobile yang dijalankan oleh PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) merupakan penyumbang terbesar pendapatan Telkom. Pergeseran bisnis
legacy ke layanan digital tersebut juga terlihat dari pendapatan
digital business Telkomsel yang tumbuh 7% menjadi Rp 62,33 triliun sepanjang tahun 2020. Kontribusi pendapatan
digital business terhadap total pendapatan Telkomsel turut meningkat menjadi 71,6%, dari 63,9% pada tahun sebelumnya.
Baca Juga: Laba Delta Jakarta (DLTA) melesat 33,59% di kuartal I 2021 Selain itu, layanan
fixed broadband Telkom melalui IndiHome juga mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang signifikan, yakni 21,2% yoy menjadi Rp 22,2 triliun. Tak mau kalah, segmen
enterprise juga membukukan pendapatan tahunan yang cukup besar, yakni mencapai Rp 17,7 triliun pada 2020. Menurut Pujo, pencapaian ini dikontribusi oleh pendapatan dari data
center & cloud, application services, dan
enterprise broadband. Tak berhenti sampai di situ, Telkom juga mencatatkan kenaikan pendapatan dari segmen
wholesale dan
international business sebesar 27,3% yoy menjadi Rp 13,5 triliun yang utamanya didorong oleh peningkatan bisnis menara.
"Telkom memiliki bisnis yang terdiversifikasi sehingga saat salah satu segmen mengalami tekanan, dapat dikompensasi oleh segmen lainnya," ungkap Pujo saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (2/5). Pujo menambahkan, meski total pendapatan Telkom tumbuh kurang dari 1% pada 2020, Telkom tetap mencatatkan kenaikan dua digit di sisi EBITDA dan laba bersih. EBITDA Telkom tumbuh 11,2% yoy menjadi Rp 72,08 triliun dan laba bersih meningkat 11,5% yoy menjadi Rp 20,80 triliun.
Baca Juga: Dafam Property Indonesia (DFAM) menderita rugi Rp 12,96 miliar di 2020 Untuk tahun 2021, Telkom optimistis pendapatan dan laba bersihnya masih dapat tumbuh positif seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi IMF dapat tumbuh sebesar 4,3%. "Namun demikian, kami tetap berhati-hati dan lebih konservatif dalam situasi pandemi Covid 19 yang belum berakhir seperti saat ini," kata Pujo. Untuk meraih pertumbuhan tersebut, Telkom akan senantiasa berupaya menciptakan peluang pertumbuhan melalui tiga pilar bisnisnya, yaitu
digital connectivity, digital platform, dan
digital services. Pujo menjelaskan, Telkom secara konsisten berinvestasi untuk memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar pada domain konektivitas digital, melalui kehadiran layanan
mobile data maupun
fixed broadband yang berkualitas dengan jangkauan terluas ke berbagai penjuru Indonesia. "Kami juga terus membangun
data center dan
cloud sebagai inti dari digital platform yang juga merupakan
enabler bagi terciptanya berbagai fitur dan solusi
digital services sesuai kebutuhan pelanggan," tutur Pujo. Telkom juga terus berupaya meningkatkan nilai perusahaan melalui hal-hal strategis lain seperti aktivitas inorganik,
unlocking aset-aset yang belum tervaluasi secara optimal, serta berinvestasi dan mengembangkan perusahaan rintisan (
startups company). Telkom juga menuturkan bahwa perusahaan selalu terbuka untuk berinvestasi atau menjalin kemitraan dengan perusahaan lain, termasuk pada perusahaan digital untuk memperoleh imbal hasil dan sinergi. "Kami juga memiliki aset-aset yang belum tercermin secara optimal dalam valuasi perusahaan, seperti menara dan
data center dimana pada umumnya memiliki valuasi yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan telekomunikasi," ungkap Pujo.
Baca Juga: Ini fokus bisnis Nusantara Almazia (NZIA) pada tahun 2021 Oleh karena itu, Telkom berharap, aset-aset tersebut dapat di-
unlock di masa mendatang demi meningkatkan nilai perusahaan, baik melalui kemitraan strategis ataupun melalui
go public di pasar modal.
Sebagaimana diketahui, anak usaha Telkom yang bergerak di bisnis menara telekomunikasi, yakni PT Dayamitra Telekomunikasi berencana melaksanakan penawaran saham perdana pada kuartal IV 2021 atau kuartal I 2022. Untuk terus memperkuat infrastruktur digital dalam rangka investasi dan memberikan pengalaman terbaik bagi seluruh pelanggan, Telkom mengalokasikan belanja modal sekitar 24%-25% dari total pendapatan tahun 2021. Capex tersebut akan digunakan untuk dan pengembangan jaringan
mobile 4G, meningkatkan bisnis
fixed broadband, dan mengembangkan bisnis menara. Selain itu, dana tersebut juga dimanfaatkan untuk pembangunan jaringan tulang punggung (
backbone) berbasis fiber, pengembangan
data center, dan infrastruktur pendukung lainnya. Sumber dananya berasal dari pendanaan internal (
retained earnings) maupun pembiayaan eksternal, baik obligasi maupun pinjaman bank.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi