Pendapatan tetap masih menarik



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan alias BI rate di level 7,5%, Selasa (8/4). Keputusan itu akan mempengaruhi kinerja efek utang, seperti obligasi pemerintah maupun obligasi korporasi, yang menjadi aset dasar reksadana pendapatan tetap.

Direktur Panin Asset Management (PAM) Ridwan Soetedja mengatakan, keputusan BI tersebut sudah sesuai prediksi. “Sehingga pengaruhnya ke reksadana pendapatan tetap tidak terlalu signifikan,” ujarnya, Selasa (8/4).

Dengan BI rate 7,5%, Ridwan memperkirakan, kenaikan harga obligasi pemerintah dan obligasi korporasi masih akan terjaga. Ridwan bahkan memperkirakan, imbal hasil alias yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun, FR0070, bisa turun hingga ke level 7%. Kemarin, yield FR0070 di level 7,82%.


Jadi, reksadana pendapatan tetap masih menjadi pilihan investasi yang menarik. Dia menargetkan, akhir tahun ini, reksadana pendapatan tetap milik Panin Asset Management bisa meraih return tahunan sebesar 12%.

Direktur Utama Sinarmas Asset Management (Sinarmas-AM) Hermawan Hoesein juga bilang, BI rate yang bertahan di level 7,5% akan berdampak positif bagi kinerja pasar obligasi. “Dengan BI rate tetap berarti ada kemungkinan obligasi domestik makin diburu sehingga membuat harganya terus naik,” ujar Hermawan. Hanya, menurut dia, kinerja obligasi akan jauh lebih baik jika BI rate turun.

Obligasi masih tetap diburu investor karena imbal hasilnya masih terbilang tinggi. Maka, Hermawan memprediksi, kinerja reksadana pendapatan tetap pada tahun ini akan lebih baik dibanding dengan tahun lalu.

Hermawan menargetkan produk reksadana pendapatan tetap yang dikelola Sinarmas Asset Management pada tahun ini bisa memberi return tahunan hingga 11%.

Mengutip data PT Infovesta Utama, rata-rata imbal hasil atau return reksadana pendapatan tetap selama setahun  terakhir hingga 8 April 2014, masih minus 1,44%. Sedangkan, selama tiga bulan terakhir, kinerja reksadana pendapatan tetap rata-rata sebesar  5,33%. Analis PT Infovesta Utama, Viliawati mengatakan, dengan BI rate tetap, maka pergerakan harga obligasi tidak akan jauh berbeda dari kuartal I–2014 lalu.

Jadi, manajer investasi harus menempatkan dana kelolaan pada aset dasar yang memberi keuntungan maksimal dengan pertimbangan kinerja pasar obligasi domestik beberapa bulan ke belakang. “Saat ini obligasi pemerintah bisa memberi imbal hasil signifikan,” ujar Vilia.

Ia mengatakan, tahun lalu obligasi pemerintah terkoreksi cukup dalam. Jadi ada peluang harga obligasi pemerintah bakal naik pada tahun ini. Harga obligasi korporasi juga akan naik tapi tidak optimal.

Prediksi Vilia, return rata-rata seluruh reksadana pendapatan tetap setahun ini hanya sekitar 6% hingga 7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat