Pendapatan Turun 32,76% di Semester I 2024, Simak Rekomendasi Saham BUMI



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) membukukan penurunan pendapatan sepanjang semester I 2024. Meskipun raihan pendapatan terkoreksi, tetapi BUMI masih berhasil mencetak kenaikan laba bersih 

Melansir laporan keuangan, BUMI mencatatkan pendapatan US$ 595,84 juta. Ini turun 32,76% secara tahunan alias year on year (yoy) dari US$ 886,27 juta.

Penjualan batubara menjadi penyumbang mayoritas ke pendapatan BUMI di periode ini, yaitu sebesar US$ 534,57 juta. Rinciannya, penjualan batubara ekspor US$ 378,34 juta dan lokal US$ 156,22 juta. Kemudian diikuti  penjualan emas menyumbang US$ 60,04 juta dan penjualan perak menyumbang US$ 1,22 juta.


Meskipun pendapatan turun tetapi BUMI mencatatakan kenaikan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sekitar 3,76% pada semester I 2024. Laba bersihnya naik dari US$ 81,82 juta menjadi US$ 84,91 juta.

Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) Catat Pendapatan US$ 595,84 Juta di Semester I-2024

Corporate Secretary BUMI, Dileep Srivastava mengungkapkan selama 6 bulan pertama ini , BUMI juga mencatatkan kenaikan produksi batubara dari 35,4 MT menjadi 37,7 metrik ton (MT) di semester I 2024. 

“Kenaikan produksi di semester I 2024 disebabkan oleh performa kontraktor yang lebih baik dan curah hujan yang lebih sedikit di wilayah tambang PT Kaltim Prima Coal (KPC),” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip Senin (19/8).

Sayangnya dari sisi harga, selama paruh pertama tahun 2024, harga batubara justru turun menjadi US$75,2 per ton. Padahal pada periode sama tahun lalu, realisasi harga batubara masih berada di kisaran US$ 93,2 per ton. 

“Ini sejalan dengan tren penurunan harga batubara dunia,” paparnya.

Selama semester I 2024, biaya unit produksi turun dari US$ 52,8 per ton menjadi US$ 47,0 per ton di semester I 2024.Ini terjadi karena harga minyak bumi yang lebih rendah, rasio pengupasan yang lebih rendah, dan produktivitas KPC yang lebih tinggi.

Rekomendasi saham

Melihat kinerjanya, Analis NH Korindo, Axell Ebenhaezer bilang emiten sektor pertambangan tengah terdorong oleh harga global batubara dan nikel yang sudah jauh lebih stabil dibandingkan tahun lalu. Permintaan dan penawaran yang lebih seimbang.

Untuk jangka pendek, salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan adalah fenomena alam El Nina, yang diprediksi akan membawa curah hujan cukup ekstrim, sehingga berdampak terhadap produksi tambang domestik. 

 
BUMI Chart by TradingView

“Permintaan komoditas hasil tambang diproyeksi akan secara perlahan menanjak naik. Sebab, China saat ini sudah menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi berdasarkan data makro terbaru,” kata Axell dalam riset yang diterima Kontan, Senin (19/8).

Sementara, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama melihat, selama perseroan masih mampu menurunkan beban pokok pendapatannya dan cost of good solds (COGS), BUMI masih akan mencetak laba di semester II 2024.

Nafan pun merekomendasikan hold untuk BUMI dengan target harga Rp 97 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih