KONTAN.CO.ID - JAKARTA.
PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 25,26% yoy menjadi Rp 3,46 triliun per kuartal III 2023, dibandingkan periode sama tahun lalu yang senilai Rp 4,62 triliun. Secara rinci berdasarkan segmen, pendapatan ASSA ditopang dari penyewaan kendaraan sebesar Rp 1,51 triliun, diikuti jasa pengangkutan atau ekspress Rp 1,14 triliun, dan penjualan kendaraan bekas sebesar Rp 776,36 miliar. Selanjutnya, segmen logistik berkontribusi sebesar Rp 416,02 miliar, diikuti jasa lelang sebesar Rp 140,56 miliar, dan pendapatan lain-lain sebesar Rp 179,78 juta. Adapun, pendapatan itu dikurangi biaya eliminasi antar-segmen operasi sebesar Rp 528,22 miliar.
Penurunan pendapatan ini juga berpengaruh pada laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk ASSA turun 9,9% secara year-on-year (yoy) hingga 30 September 2023 menjadi Rp 118,26 miliar, dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp 131,27 miliar. Direktur Utama ASSA Prodjo Sunarjanto mengatakan tahun ini ASSA lebih menargetkan pada perbaikan bottom line dibandingkan top line. “Penurunan pendapatan ASSA ini seiring dengan penurunan pendapatan Anteraja yang termasuk
last mile logistic, karena adanya normalisasi permintaan dari e-commerce,” ungkapnya saat dihubungi Kontan, Sabtu (11/11). Baca Juga: Autopedia Sukses Lestari (ASLC) Berharap Kinerja Bisa Lebih Baik dari Sebelum Pandemi Disisi lain, untuk bisnis logistik, ASSA lebih menargetkan pada penyedia layanan logistik
end-to-end dari first, mid, sampai last mile. Tahun ini, ASSA fokus mengembangkan mid mile logistic yang memiliki profitabilitas yang lebih baik. “ASSA telah melakukan beberapa tindakan efisiensi. Secara profitabilitas ASSA menunjukkan perbaikan dengan mencatatkan laba bersih Rp 26,7 miliar di kuartal III tahun ini dibandingkan tahun lalu yang membukukan rugi bersih Rp 65,3 miliar di kuartal 4 tahun lalu,” jelas Pordjo. Meski terjadi penurunan pendapatan, ASSA tidak mengoreksi target kinerja terutama pada sisi laba bersih. “Targetnya pertumbuhan
double digit pada laba bersih dibandingkan tahun lalu,” katanya. Prodjo menambahkan, ASSA melihat prospek bisnis logistik sangat menjanjikan ke depannya karena Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari kurang lebih 17.500 pulau dengan biaya logistik bervariasi antara 25%-30% dari Produk Domestik Bruto (PDB). “Negara ini menanggung biaya logistik yang tinggi untuk mengangkut barang. Logistik terintegrasi akan menjadi salah satu solusi untuk meminimalkan biaya. Sebagian besar perusahaan masih menggunakan
multiple logistic supplier yang menghasilkan biaya yang lebih tinggi dan tidak terintegrasi,” katanya. Di sisi lain, peraturan pemerintah juga mendukung rencana perseroan untuk meningkatkan konektivitas antar pulau. Maka dari itu, ASSA melihat pasar yang besar di segmen
business to business (B2B). “Didukung dengan pengalaman Perseroan di bidang logistik lebih dari 15 tahun di bidang logistik, ASSA akan terus mengembangkan segmen ini kedepannya sebagai upaya pertumbuhan performa bisnis logistik Perseroan selanjutnya,” tambahnya. Untuk tetap meraih target serta mengembangkan bisnis, ASSA melakukan sejumlah inisiatif untuk meningkatkan efisiensi dan layanan kepada pelanggannya, seperti membentuk Cargoshare sebagai branding terbaru untuk berbagai layanan logistik ASSA. “Pembentukan Cargoshare membantu meningkatkan
utilisasi trucking ASSA serta memberikan potensi tambahkan pendapatan bagi Perseroan,” ungkap Prodjo. Melalui Cargoshare, ASSA akan terus mengembangkan penggunaan teknologinya, seperti memiliki
in-house Transportation management system (TMS) untuk mengintegrasikan logistiknya dari first, mid, hingga last mile sehingga bisa menjadi one stop solution bagi semua pelanggan logistik Perseroan. Kemudian terkait, anggaran belanja modal atau capex, lewat kuartal 3 kemarin perseroan telah menggunakan dana sebesar Rp 865,2 miliar yang mayoritas digunakan untuk pembelian kurang lebih 5.000 unit kendaraan baru.
“ASSA mengalokasikan anggaran belanja modal sekitar Rp 1,3 hingga 1,5 triliun setiap tahunnya. Terutama dialokasikan untuk menambah armada di bisnis pilar pertamanya yaitu bisnis rental kendaraan kepada korporasi (B2B), seiring dengan permintaan yang terus meningkat,” imbuh Prodjo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat