KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Barito Pacific Tbk (
BRPT) cukup mumpuni di tahun 2020. Buktinya, perusahaan berhasil kerek laba bersih saat pendapatan turun tipis. Berdasarkan laporan keuangan
BRPT, laba bersih tahun berjalan yang dicetak perusahaan di tahun lalu mencapai US$ 141 juta. Realisasi ini naik 2,9% dibandingkan dengan raihan laba bersih tahu berjalan di 2019 yang sebesar US$ 137 juta. Kenaikan laba bersih ini tak sejalan dengan pendapatan perusahan. Tercatat, pendapatan bersih
BRPT justru turun 2,8% yoy menjadi US$ 2,33 miliar di tahun lalu. Pada tahun 2019, BRPT masih mencetak pendapatan sebesar US$ 2,40 miliar.
Penurunan pendapatan bersih Barito Pacific karena kinerja kegiatan petrokimia turun sebesar 4,0% yoy dari US$ 1,87 miliar di 2019 menjadi US$ 1,79 miliar di 2020. Direktur Utama
BRPT Agus Pangestu menjelaskan, penurunan pendapatan bersih ini mencerminkan rata-rata harga penjualan yang lebih rendah. Namun, di tahun lalu volume penjualan
BRPT meningkat 14% yoy dari 1,94 juta ton di 2019 menjadi 2,22 juta ton pada 2020. "Peningkatan volume penjualan didukung oleh peningkatan kapasitas produksi dari Polyethylene (PE), polypropylene (PP), Butene 1 dan Methyl Tert-butyl Ether ( MTBE ) yang mulai beroperasi dan meningkat selama 14 bulan terakhir," kata dia dalam paparan publik secara virtual, Senin (29/3). Di sisi lain, pendapatan dari segmen energi, meningkat sebesar 1,6% yoy terutama karena peningkatan produksi listrik dan uap pada tahun 2020 dibandingkan 2019. Dengan penurunan pendapatan bersih anggota indeks
Kompas100 ini, juga mencatatkan penurunan beban pendapatan yang lebih tinggi yakni sebesar 3,9% yoy menjadi US$ 1,75 miliar. Agus bilang, beban pendapatan turun karena biaya bahan baku yang lebih rendah, khususnya naphta. Harga naphta turun seiring dengan turunnya harga minyak mentah Brent.
Baca Juga: Begini rencana pengembangan bisnis energi dan petrokimia dari Barito Pacific (BRPT) Direktur
BRPT David Kosasih pun menyebut, adanya pandemi Covid-19 membuat perusahaan tetap harus menjalankan operasional dengan kondisi yang tidak biasa di tahun lalu. Namun, kondisi mulai membaik di semester kedua. "Perbaikan keuangan yang solid di paruh kedua tahun 2020 terutama didorong oleh perbaikan yang berlanjut di sektor petrokimia di mana TPIA mencatatkan EBITDA kuartal IV 2020 sebesar US$ 121 juta, hampir dua kali lipat dari perolehan EBITDA periode sembilan bulan 2020 sebesar US$ 65 juta," ujar dia. Agus menambahkan, pemulihan ini didorong oleh peningkatan aktivitas industri terutama di China yang memperkuat permintaan polimer. "Di tengah situasi pandemi Covid-19, kami juga berhasil menyelesaikan pabrik MTBE dan Butene-1, yang pertama di Indonesia, di mana keduanya selesai dibangun pada September 2020 sesuai dengan anggaran dan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan," tegas Agus.
Penyelesaian kedua pabrik tersebut meningkatkan total kapasitas produksi
TPIA menjadi 4,2 MTA dan menandai suksesnya pelaksanaan dan penyelesaian Master Plan Integration TPIA tahun 2015-2020. Sementara itu, total aset
BRPT pada 31 Desember 2020 mencapai US$ 7,68 miliar, naik 7,0% yoy. Ini terjadi karena peningkatan saldo kas di bank yang dihasilkan dari kegiatan operasi serta hasil dari penerbitan utang pada tahun 2020 serta peningkatan investasi pada entitas asosiasi dan usaha patungan. Total liabilitas perusahaan juga meningkat sebesar 6,9% menjadi US$ 4,73 miliar pada 31 Desember 2020, terutama disebabkan adanya peningkatan pinjaman utang pada tahun 2020 dari TPIA dan Star Energy Geothermal. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari