KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau pendapatan turun, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) masih bisa meraih laba bersih US$ 8,57 juta pada kuartal I-2023. Anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ini mampu membalikkan kinerja dari kerugian US$ 11,23 juta yang ditanggung pada kuartal I-2022. Kinerja positif di sisi bottom line ini justru terjadi ketika top line TPIA mengalami penurunan. Sepanjang tiga bulan pertama 2023, TPIA mencetak pendapatan US$ 502,31 juta, merosot 25,88% dibandingkan periode Maret tahun lalu senilai US$ 677,74 juta. Namun pada saat bersamaan, beban pokok pendapatan TPIA terpangkas 28,15% secara tahunan (YoY) dari US$ 652,72 juta menjadi US$ 468,96 juta. Hasilnya, kinerja laba kotor TPIA bergerak positif dengan pertumbuhan 33,29% (YoY) dari US$ 25,02 juta menjadi US$ 33,35 juta.
Direktur Chandra Asri, Suryandi, mengungkapkan perbaikan kinerja sebagian besar dipengaruhi pemulihan ekonomi global, yang ditandai kenaikan signifikan pada tingkat produksi Asia Tenggara dan pembukaan kembali China setelah diangkatnya restriksi Covid. "Kuartal I-2023 menandai titik balik industri petrokimia," kata Suryandi dalam keterbukaan informasi, Senin (19/6).
Baca Juga: Tok! Barito Pacific Tbk (BRPT) Putuskan Membayar Dividen US$ 10 juta Pada periode kuartal I-2023, EBITDA TPIA juga bergerak positif dengan capaian US$ 66,1 juta. Melejit 174% dibandingkan dengan EBITDA pada kuartal I-2022 sebesar US$ 24,1 juta. Adapun, penurunan pendapatan dipengaruhi oleh gangguan supply-demand eksternal yang menyebabkan penurunan volume penjualan. Sedangkan, penurunan beban pokok pendapatan disebabkan oleh harga bahan baku rata-rata yang lebih rendah. Pada kuartal I-2023 Naphtha menyentuh harga US$ 651 per ton dibandingkan dengan rata-rata harga di kuartal I-2022 pada level US$ 856 per ton. Hal itu dipicu penurunan harga minyak mentah Brent sebesar 17% selama kuartal I-2023 menjadi rata-rata US$ 82 per barel dibandingkan dengan rata-rata harga US$ 99 per barel pada kuartal I-2022. Per 31 Maret 2023 TPIA memiliki liquidity pool sebesar US$ 2,3 miliar yang terdiri dari kas dan setara kas US$ 881 juta, surat berharga US$ 997 juta, dan fasilitas committed revolving credit US$ 422 juta. "Chandra Asri tetap teguh dalam ketahanan finansial dan berhasil mempertahankan neraca yang kuat, juga mempunyai fleksibilitas dalam menjalankan strategi bisnisnya," imbuh Suryandi. Secara bisnis, TPIA pun getol menggelar sejumlah aksi korporasi berupa ekspansi dan akuisisi. Pada 27 Februari 2023, TPIA mengakuisisi 70% saham di Krakatau Daya Listrik (KDL, bisnis ketenagalistrikan) dan 49% saham di Krakatau Tirta Industri (KTI, bisnis air) melalui special purpose vehicle, PT Chandra Daya Investasi. Suryandi bilang, rangkaian transaksi bolt-on di sektor infrastruktur diarahkan untuk menghasilkan kinerja bisnis yang lebih kuat dengan risiko yang lebih kecil, melalui penciptaan ekosistem terintegrasi dan sinergi dalam kompleks industri di kawasan Cilegon. "Ini adalah bagian dari strategi programmatic M&A perseroan, memanfaatkan kekuatan finansial Chandra Asri dan reputasi yang solid sebagai mitra pertumbuhan," imbuh Suryandi. Di tengah volatilitas yang diperkirakan terus berlanjut karena ketidakpastian geopolitik dan harga energi yang sedang berlangsung, TPIA optimistis terhadap prospek jangka panjang dan melaksanakan rencana ekspansinya. Masih di kuartal I-2023, TPI menandatangani MoU dengan sovereign wealth fund, INA, untuk bersama-sama mengembangkan pabrik chlor-alkali. Pabrik yang diklaim akan berskala dunia ini dirancang untuk melayani industri hilir Indonesia yang terus berkembang dan berfokus pada rantai nilai Kendaraan Listrik (EV). "Sebagai bagian dari percepatan rencana investasi, Chandra Asei juga telah menunjuk pemberi lisensi terkemuka dunia dan melanjutkan proses penawaran FEED,” imbuh Suryandi.
Baca Juga: Tebar Dividen dan Rajin Ekspansi, Barito (BRPT) Beri Sinyal Positif Tahun ini Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat