Pendapatan turun di 2018, KICI masih wait and see di tahun ini



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Tahun 2018 kemarin tampaknya masih belum menjadi periode yang baik bagi PT Kedaung Indah Can Tbk (KICI). Produsen enamel dan kaleng tersebut mengalami penurunan baik di topline maupun bottomline kinerja perseroan sepanjang tahun kemarin.

Menilik laporan keuangan 2018, pendapatan perseroan tercatat turun 23% menjadi Rp 86 miliar dimana pada tahun sebelumnya Rp 113 miliar. Sementara itu KICI juga menuai rugi bersih periode berjalan sebanyak Rp 873 juta, padahal di tahun lalu perusahaan ini masih dapat membukukan laba bersih periode berjalan senilai Rp 7,9 miliar.

Ing Hidayat, Sekretaris Perusahaan KICI mengakui bahwa penjualan perusahaan yang menurun mau tak mau mengerus perolehan keuntungan. Adapun permintaan di tahun lalu menurut manajemen memang tidak sebagus tahun-tahun sebelumnya.


Menurut Ing, di tengah tahun politik dengan ramai kegiatan pilkada menyebabkan para produsen consumer goods yang menjadi pelanggan KICI menunda pembelian kemasan. Ditambah lagi, katanya di dalam negeri, daya beli masyarakat dinilai belum sepenuhnya membaik.

Khusus untuk momentum lebaran, di tahun 2018 kemarin perseroan mengaku tak merasakan booming permintaan enamel dan kaleng. "Padahal di lebaran-lebaran tahun sebelumnya permintaan bisa 2-3 kali lipat bulan biasa," sebut Ing kepada Kontan.co.id, Senin (25/3).

Terkait kompetisi, KICI mengaku tak terlalu merasakan dampak yang berarti kalau dari kategori enamel dan kaleng. Hanya saja memang beberapa produk impor sudah ada yang menyubtitusi kebutuhan kemasan dalam berbagai bentuk seperti aluminium dan kaca.

Selain lokal, kondisi kurang bergairah ini juga dirasakan perusahaan untuk segmen ekspor, yang menurut Ing juga belum bergairah. Mengulik laporan keuangan tahun kemarin, penjualan ekspor menyumbang 20% dari total revenue atau senilai Rp 17 miliar, namun perolehan tersebut tercatat turun 17% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 28 miliar.

Sebagian besar, sekitar Rp 14 miliar diekspor ke Amerika Serikat (AS) yang penjualannya turun 44% year on year. Satu-satunya segmen ekspor yang naik berasal dari benua Afrika sebanyak Rp 2 miliar atau naik 33% dibandingkan tahun 2017 sebelumnya yang hanya Rp 1,5 miliar.

Sebelumnya dikabarkan KICI bakal memperlebar ekspor ke Afrika Selatan, namun manajemen belum bisa menyebutkan detil tersebut untuk saat ini. "Pasar Afrika masih besar dan bertahap akan kami masuki," terang Ing.

Terkait proyeksi di tahun ini, manajemen belum berani berharap yang muluk-muluk. Kata Ing, perseroan masih wait and see khususnya momentum lebaran 2019 ini diharapkan ada peningkatan yang menumbuhkan bisnis KICI.

Manajemen mengaku pelanggan tetap terhadap produk enamel dan kaleng milik KICI selalu ada. Tercatat sepanjang 2018 lalu PT Nissin Biscuit Indonesia berkontribusi 13,9% bagi revenue KICI atau senilai Rp 12 miliar, lalu ada pula PT Coronet Crown yang menyumbang Rp 11 miliar atau sekitar 13,3% bagi revenue perseroan.

Produk enamel masih menjadi andalan utama KICI dimana penjualannya mencapai Rp 57 miliar atau 66% dari total revenue, sementara produk kaleng tercatat menyumbang Rp 29 miliar. Perusahaan tercatat memiliki pabrikan dengan kapasitas produksi 6,75 juta enamel per tahun dan 1.650 ton kaleng per tahun juga, masing-masing utilisasinya sekitar 50% dan 70%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini