KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Atlas Resources Tbk (
ARII) kurang mengesankan di tahun 2020 lalu. Buktinya, emiten tambang batubara ini menderita rugi bersih US$ 13,94 juta sepanjang tahun lalu. Asal tahu saja, realisasi rugi bersih ini naik 300,4% dari rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2019 lalu yang hanya US$ 3,45 juta. Tertekannya
bottomline ARII tidak terlepas dari penurunan pendapatan perusahaan di tahun lalu. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan ARII hanya US$ 42,16 juta, turun 32,86% dari pendapatan di 2019 yang US$ 62,80 juta.
Secara rinci, pendapatan
ARII didominasi oleh penjualan batubara, yakni mencapai US$ 36,60 juta atau 86% dari pendapatan total. Sisanya, yakni sebesar US$ 5,55 juta merupakan pendapatan lainnya. Adapun rincian pelanggan yang memiliki transaksi lebih dari 10% dari jumlah pendapatan usaha adalah kepada Mercuria Energy Trading Pte Ltd (MET) senilai US$ 16,26 juta dan China Commodities Solution (HK), limited (CCS) sebesar US$ 4,25 juta. Tahun lalu,
ARII tidak mencatatkan penjualan kepada Butterworth Trading Ltd (BT) dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Baca Juga: Ini rekomendasi saham komoditas usai sejumlah negara lakukan lockdown ARII juga berhasil memangkas sejumlah bebannya sepanjang 2020. Beban pokok pendapatan misalnya, menurun 24,3% dari semula US$ 62,76 juta menjadi US$ 47,47 juta. Beban usaha menurun 33%, dari semula US$ 7,32 juta menjadi US$ 4,90 juta. Beban keuangan juga terpantau menurun, dari semua US$ 7,60 juta menjadi US$ 3,62 juta. Per Desember 2020,
ARII mencatatkan jumlah aset senilai US$ 360,80 juta, yang terdiri atas liabilitas senilai US$ 332,58 juta dan ekuitas senilai US$ 28,21 juta. Adapun kas dan setara kas ARII menurun dari semula US$ 1,35 juta pada 2019 menjadi US$ 506.000 per akhir 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari