Pendukung Mubarak terus bentrok dengan demonstran anti pemerintah



LONDON. Ledakan bom molotov menjadi pemandangan yang lumrah di Mesir dalam sembilan hari belakangan ini, menyusul kerusuhan politik warga Mesir yang menuntut lengsernya Presiden Hosni Mubarak. Kerusuhan berkembang menjadi bentrokan antara para pendukung Hosni Mubarak dengan demonstran anti Mubarak di pusat kota Kairo.Kemarin, pendukung setia Mubarak menunggangi kuda dan unta ke Tahrir Square dengan membawa cambuk, tempat pusat demonstrasi sejak 25 Januari 2011. Kedua belah pihak saling melempar batu, botol, potongan beton, dan beberapa demonstran pro Mubarak pun membawa parang. Para tentara Mesir tidak melakukan intervensi, mereka hanya menggunakan meriam air untuk memadamkan kebakaran. Dan para polisi berseragam pun tidak tampak sama sekali.

Hingga kini, lebih dari 3.000 orang terluka dan sedikitnya 300 orang tewas. Garis pertempuran telah terbentuk, setelah para pendukung Mubarak menantang para demonstran anti Mubarak yang menolak rencana Mubarak untuk tetap berkuasa hingga pemilihan umum pada September mendatang.Seorang saksi mata mengatakan, orang-orang yang pro pemerintah sebelumnya dibayar sebesar 100 pound mesir atau sekitar US$ 17 untuk menjadi pendukung Mubarak. Sekretaris Gedung Putih di Washington Robert Gibbs mengatakan, pihaknya berhenti menyalahkan rezim Mubarak. "Namun jika ada kekerasan yang terjadi akibat hasutan pemerintah, maka itu harus dihentikan segera," katanya.Barak Seener, peneliti Studi Layanan Lembaga Pertahanan dan Keamanan United Royal di London bilang, ada potensi semua keadaan akan berada di luar kontrol, tapi militer akan ikut campur sebelum perang saudara terjadi.

"Terlalu jauh jika berpikir Mubarak merekayasa bentrokan ini, tetapi beberapa pihak pro Mubarak menyatakan bahwa ini diperlukan untuk stabilitas negara," katanya. Sebagian besar perdagangan saham di Teluk Persia berhenti sebelum bentrokan baru terjadi di Kairo. Kepala bursa saham Mesir Khaled Seyam merencanakan, bursa saham Mesir akan dibuka kembali pada 7 Februari 2011 dengan catatan operasional bank telah berjalan normal. Bursa saham Mesir pada terakhir melakukan perdagangan pada 27 Januari 2011, anjlok 11%, dan menjadi penurunan yang terburuk sejak Oktober 2008.Kantor berita CNN melaporkan, bahwa bom molotov pertama kali dilemparkan oleh jajaran pasukan pro pemerintah. Namun sebaliknya, televisi pemerintah menyalahkan kelompok Persaudaraan Muslim dan Hamas, yang merupakan oposisi pemerintah yang melakukan penyerangan terlebih dahulu. Presiden Obama sejak 1 Februari 2011 telah mendesak Mubarak untuk memulai proses serah terima kepemimpinan dan tidak menunggu hingga pemilihan umum pada September ini.


Tahun lalu, Mesir menerima bantuan dari AS sebesar US$ 1,5 miliar untuk proses perdamaian dengan Israel dan mendukung kebijakan AS di Timur Tengah seperti menentang program nuklir Iran dan mengisolasi pergerakan Hamas, kelompok militan muslim yang menguasai Jalur Gaza.Setelah peristiwa pemberontakan di Tunisia yang berhasil menumbangkan rezim pemerintahan otoriter disana, pemberontakan menyebar ke berbagai negara di Timur Tengah.

Selain Mesir, Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh juga menghadapi tuntutan rakyatnya untuk lengser. Di Yordania, Raja Abdullah II memecat pemerintahannya setelah datang tuntutan dari rakyat dengan menyerukan revolusi damai.

Editor: Rizki Caturini