Penelitian Baru Small Firm Diaries Ungkap Pertumbuhan & Stabilitas Jadi Prioritas UKM



KONTAN.CO.ID - Pusat Penelitian Financial Access Initiative (FAI) dari New York University bersama MicroSave Consulting (MSC) Indonesia resmi meluncurkan hasil dari studi Small Firm Diaries (SFD) Indonesia di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta (22/6). Didukung oleh Mastercard Center for Inclusive Growth (CFIG) dan the Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF), proyek penelitian global ini memberikan wawasan tentang kehidupan keuangan usaha kecil di 7 negara di Amerika Latin, Afrika Sub-Sahara, dan Asia.

Tentang studi Small Firm Diaries Small Firm Diaries adalah proyek penelitian global yang dilakukan antara tahun 2021 hingga 2023 di tujuh negara: Kenya, Nigeria, Uganda, Ethiopia, Indonesia, Fiji, dan Kolombia. Studi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang bagaimana usaha kecil dapat mengatasi hambatan yang mereka hadapi untuk berkembang dalam ekonomi modern, dan dengan demikian berkontribusi pada pengurangan kemiskinan.

Di setiap negara, tim peneliti lapangan mengunjungi sekelompok pemilik usaha kecil setiap minggu selama satu tahun untuk mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif tentang arus keuangan mereka. Informasi ini memberikan gambaran tentang pengambilan keputusan ekonomi, strategi, dan keterbatasan usaha kecil saat mereka menghadapi situasi yang tidak pasti.


Pusat Penelitian Financial Access Initiative (FAI) dari Universitas New York bersama MicroSave Consulting sebagai mitra research di Indonesia berharap bahwa hasil penelitian ini akan menjadi dasar untuk merancang kebijakan pembangunan di masa depan, pengembangan produk layanan keuangan  yang dapat membantu usaha kecil dan pekerja mereka untuk berkembang.

Hasil studi di Indonesia Di Indonesia, studi ini mengumpulkan data dari 162 usaha kecil di daerah perkotaan, pinggiran kota, atau pedesaan di empat lokasi: Bandung (Kota Bandung dan Lembang di Kabupaten Bandung Barat), Medan, Yogyakarta (Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Borobudur, Magelang di Jawa Tengah), dan Makassar, antara November 2021 hingga November 2022. Studi ini difokuskan pada tiga industri yaitu manufaktur ringan, pengolahan pertanian, dan jasa, yang semuanya berperan penting dalam pembangunan dan keberlanjutan ekonomi Indonesia.

Studi ini menemukan bahwa Sekitar tiga perempat (76%) dari usaha kecil di Indonesia melaporkan memiliki pinjaman dalam berbagai bentuk (termasuk pinjaman informal) selama studi, lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain yang diteliti. Bank pemerintah menjadi sumber pinjaman yang paling umum (41% dari semua pinjaman yang tercatat), karena adanya program pinjaman subsidi pemerintah (Kredit Usaha Rakyat atau KUR). Penelitian ini juga berfokus pada kesejahteraan pekerja dalam usaha kecil, dan menemukan bahwa usaha kecil tersebut tidak mampu memberikan pendapatan yang konsisten kepada para pekerja.

Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bagaimana usaha kecil di Indonesia bekerja, terutama dalam aspek: ●    Volatilitas: Usaha kecil di Indonesia, seperti di negara-negara lain yang diteliti, mengalami pendapatan yang tidak stabil: pendapatan dan pengeluaran berfluktuasi dari bulan ke bulan.      ●    Keinginan untuk bertumbuh dan stabilitas usaha: Ketika ditanya tentang visi terkait bisnis mereka, sebagian besar usaha kecil di Indonesia (33%) mengatakan bahwa mereka ingin bertumbuh dan mendapatkan stabilitas. Kelompok ini bercita-cita untuk tumbuh, tetapi tidak ingin mengambil risiko tambahan (mereka sudah menghadapi banyak risiko, misalnya dalam hal kemampuan mereka untuk menjual barang-barang /stocks  dan membayar serta mempertahankan karyawan mereka) yang diperlukan untuk pertumbuhan yang cepat. Mereka menginginkan pertumbuhan selangkah demi selangkah untuk mengurangi volatilitas dan risiko.      ●    Inklusi keuangan: Sekitar 65% pemilik usaha kecil di Indonesia memiliki rekening bank yang mereka gunakan untuk tujuan bisnis - sedikit lebih tinggi daripada di Kenya (60%) tetapi lebih kecil daripada di Nigeria (98%) atau Kolombia (79%). Namun demikian, penggunaan rekening tidak merata dengan hanya 26% usaha kecil di Indonesia yang melakukan transaksi melalui rekening bank.        ●    Layanan keuangan digital: Pemilik usaha kecil di Indonesia menggunakan teknologi - 80% menggunakan ponsel pintar atau komputer, atau keduanya untuk bisnis mereka - dan juga layanan keuangan digital, terutama kartu debit, mesin ATM, dan mobile banking. Namun, pemilik usaha kecil jarang sekali menggunakan mobile wallet untuk keperluan bisnis.     ●    Kesenjangan kredit: Data dari penelitian ini menunjukkan bahwa modal kerja dan likuiditas merupakan kebutuhan yang lebih besar bagi usaha kecil daripada modal untuk investasi. Meskipun akses ke keuangan menjadi hambatan terbesar ketiga bagi visi sukses pemilik usaha, separuh dari pemilik usaha di Indonesia mengatakan bahwa mereka "jarang" atau "tidak pernah" membutuhkan pinjaman. Usaha kecil ini menyesuaikan pendapatan dan pengeluaran setiap bulannya. Hal ini memperkuat dugaan bahwa mereka kekurangan modal kerja/likuiditas. Usaha kecil ini jarang mengambil risiko operasional atau peluang ekspansi/pertumbuhan yang dapat mengakibatkan arus kas bulanan yang negatif. ●    Keamanan kerja: usaha kecil di Indonesia tampaknya memberikan sedikit lebih banyak stabilitas pekerjaan bagi pekerja utama dibandingkan dengan usaha kecil di negara lain dalam studi ini. Namun, hanya setengah dari pekerja dari usaha kecil yang menerima gaji selama 8 bulan atau lebih dalam periode 10 bulanan; seperempatnya dari pekerja yang bekerja pada usaha kecil, bekerja selama kurang dari lima bulan dalam periode itu.

Secara umum, studi ini menyimpulkan bahwa stabilitas dan pertumbuhan menjadi prioritas bagi para pengusaha yang diwawancarai. Menurut penelitian ini, usaha kecil menghadapi volatilitas yang tinggi dalam pendapatan dan biaya mereka. Mereka mencatat "kenaikan biaya dan masalah pasokan" sebagai hambatan utama untuk mencapai visi pertumbuhan dan stabilitas mereka.

Laporan yang dipaparkan hari ini – The Indonesia Country Data Overview –  menjadi sebuah awal dari analisis dan temuan yang akan disampaikan oleh studi ini secara keseluruhan. Tim peneliti sedang bekerja untuk mendapatkan wawasan lebih lanjut dan bekerja sama dengan mitra di sektor publik dan swasta untuk kepentingan usaha kecil di Indonesia.

Terakhir, hal ini memungkinkan perusahaan besar dan pemerintah untuk merancang atau meningkatkan produk dan program yang dapat meningkatkan kapasitas dan produktivitas usaha kecil. Hal ini juga akan memungkinkan organisasi-organisasi untuk merancang produk layanan keuangan, termasuk layanan keuangan digital, yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhan likuiditas dan investasi usaha kecil sehingga mereka dapat mengembangkan bisnis mereka dalam hal pendapatan, produktivitas, lapangan kerja, dan upah yang dibayarkan.

Penelitian kolaboratif ini menunjukkan komitmen FAI-NYU, MSC, CFIG, dan BMGF untuk memberikan wawasan komprehensif tentang sektor UMKM, terutama di Indonesia.

Jonathan Morduch, Executive Director of the Financial Access Initiative dan Professor of Public Policy and Economics at New York University, menerangkan lebih lanjut terkait fokus penelitian SFD di Indonesia, “UMKM sejauh ini merupakan pemberi lapangan kerja terbesar di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Meskipun telah dilakukan penelitian statistik selama puluhan tahun, masih ada pertanyaan mendasar tentang mengapa sebagian UMKM tumbuh dan sebagian lainnya stagnan. Tujuan kami dalam penelitian ini adalah untuk mencoba memahami usaha kecil kecil dari bawah ke atas, dengan mendengarkan secara dekat bagaimana para pengusaha dan pekerja membuat pilihan-pilihan dengan cara mereka sendiri.”

Sementara, dalam kata sambutannya, Dr. Ir. Mohammad Rudy Salahuddin, MEM, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI menyatakan, “Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah secara berkesinambungan sebagai bagian dari upaya pencapaian program pengembangan UMKM Naik Kelas, sebagaimana amanah Presiden, melalui berbagai program pembangunan dan perumusan kebijakan yang strategis, terarah, dan berkeadilan.

Kami mengapresiasi kerja sama jangka panjang dalam penelitian SFD ini sebagai bentuk dukungan kepada koperasi dan UMKM untuk pulih pasca pandemi, meningkatkan pertumbuhan, dan bersaing di pasar global. Kami berharap kerja sama yang telah terjalin selama ini dapat terus berlanjut dan memberikan dampak yang luas bagi pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia, baik dalam hal merancang produk, sinergi kemitraan, maupun solutif atas berbagai tantangan ke depan.”

Subhashini Chandran, Vice President - Social Impact - Asia Pacific, Mastercard Center for Inclusive Growth mengatakan, "Di Mastercard, kami memahami kekuatan data dan bagaimana data berperan penting dalam mendukung pertumbuhan bisnis, serta memenuhi kebutuhan konsumen yang terus berkembang. Mastercard Center for Inclusive Growth senang dapat bermitra dengan Financial Access Initiative di New York University dalam penelitian ini, yang dapat membantu memberikan masukan dalam pembuatan kebijakan dan merancang solusi yang sesuai dengan kebutuhan usaha kecil di Indonesia.”

“Kami juga mengucapkan terima kasih atas arahan dan masukan dari Advisory Group yang beranggotakan lembaga pemerintahan, regulator, lembaga pembangunan internasional, LSM, dan pelaku sektor swasta; terutama dalam memastikan agar penelitian ini bermanfaat dalam memberikan masukan terhadap penyusunan kebijakan berbasis bukti. Kami berharap hasil temuan dan rekomendasi dalam penelitian ini dapat memberi manfaat seluas-luasnya bagi program-program pengembangan UMKM, termasuk perumusan kebijakan yang lebih efektif guna membantu pertumbuhan usaha kecil di Indonesia,” tutup Grace Retnowati, Country Director, MSC Indonesia. Tentang FAI-NYU Financial Access Initiative (FAI) adalah pusat penelitian yang berada di bawah naungan Wagner School of Public Service di New York University. Pusat penelitian ini berfokus pada bagaimana layanan keuangan dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga miskin di seluruh dunia dengan lebih baik, juga meningkatkan taraf kehidupan mereka.

Tentang Mastercard Center for Inclusive Growth Mastercard Center for Inclusive Growth (CFIG) memiliki misi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang adil dan berkelanjutan serta mendorong inklusi keuangan di seluruh dunia. Lembaga ini memanfaatkan aset dan kompetensi perusahaan, termasuk wawasan data, keahlian, dan teknologi, dan di saat yang bersamaan juga mengelola Mastercard Impact Fund untuk menghasilkan penelitian yang independen, meningkatkan skala program-program sosial secara global, dan memberdayakan komunitas pemikir, pemimpin, serta praktisi yang mempromosikan pertumbuhan inklusif.

Tentang MSC Indonesia MSC (MicroSave Consulting) Indonesia adalah perusahaan konsultan global yang mendorong inklusi keuangan, ekonomi dan sosial bagi semua orang di era digital. MSC telah berperan dalam revolusi keuangan digital sejak awal kemunculannya. Perusahaan ini memberikan masukan dari segi strategi dan operasional serta membantu implementasi program menggunakan wawasan dari penelitian lapangan yang berakar pada pemahaman mendalam tentang klien, kebutuhan mereka, persepsi, aspirasi, dan perilaku mereka. MSC memfasilitasi transformasi, strategi pendukung, dan implementasi, menghadirkan wawasan baru dan meningkatkan efisiensi untuk menghasilkan dampak yang signifikan.

Baca Juga: Hingga Maret 2023, Direktorat Jenderal Bea Cukai Telah Bina 3.803 UMKM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti