Penempatan Investasi Saham Menurun, Begini Strategi Dapen BCA



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan dana pensiun (dapen) BCA mengungkapkan saat ini instrumen investasi terbesarnya didominasi oleh SBN. Manajemen beralasan ada banyak faktor yang menyebabkan penempatan investasi di instrumen saham menurun.

Direktur Utama Dana Pensiun BCA, Budi Sutrisno mengatakan saham cenderung lebih volatile dari awal 2024 dibandingkan instrumen investasi lainnya, seperti obligasi. 

"Jika pasar saham diperkirakan akan mengalami volatilitas tinggi atau penurunan, tentu dana pensiun memilih untuk mengurangi eksposur mereka ke saham untuk mengurangi risiko atas volatilitas tersebut. Dalam kondisi pasar yang tidak pasti, fokus pada pelestarian modal menjadi prioritas," katanya kepada Kontan, Senin (29/7).


Budi mengatakan dengan mengurangi alokasi saham dan beralih ke instrumen yang lebih aman, seperti Surat Berharga Negara (SBN) atau obligasi, tentu dapat membantu melindungi nilai portofolio.

Baca Juga: Imbal Hasil Investasi Dana Pensiun BCA Capai 4,24%, Melebihi Inflasi Juni 2024

Sementara itu, Budi menyebut keputusan untuk mengalokasikan dana lebih besar di instrumen berisiko, seperti saham, oleh dana pensiun ke depannya bergantung pada beberapa faktor. Salah satu faktornya, yaitu kondisi pasar, profil risiko, dan kebijakan investasi. 

Dia menjelaskan ada beberapa pertimbangan yang dapat memengaruhi keputusan tersebut. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, Budi mengatakan jika proyeksi pertumbuhan ekonomi cenderung positif, dana pensiun mungkin lebih meningkatkan alokasi ke saham untuk memanfaatkan potensi pertumbuhan.

Dari sisi suku bunga diturunkan atau rendah, dia bilang suku bunga rendah membuat obligasi dan instrumen pendapatan tetap lainnya kurang menarik. Dengan demikian, dana pensiun mungkin mencari hasil yang lebih tinggi dari saham.

Selain itu, Budi bilang dapat juga dipengaruhi kebijakan investasi internal. Menurutnya, penilaian berkala terhadap kebijakan tersebut dapat memengaruhi alokasi aset. Selain itu, bisa dipengaruhi juga dari sisi manajemen risiko. Dia mengatakan meskipun meningkatkan alokasi ke saham, penting untuk tetap menjaga diversifikasi portofolio guna mengurangi risiko total. 

"Oleh karena itu, diversifikasi di berbagai sektor dan kelas aset tetap menjadi strategi utama," ungkapnya.

Meskipun ada potensi bagi dana pensiun untuk mengalokasikan dana lebih besar ke instrumen berisiko,  seperti saham, Budi menerangkan keputusan itu tidak dapat diambil secara sembarangan dan harus didasarkan pada analisis yang mendalam dan pemahaman tentang berbagai faktor yang memengaruhi pasar dan profil risiko peserta. 

Baca Juga: Strategi Dapen BCA Kelola Dana Rp 5,82 Triliun

Dia menyebut pengelola dana pensiun harus terus memantau kondisi pasar, mengevaluasi kebijakan investasi, dan memastikan bahwa alokasi aset tetap sejalan dengan tujuan jangka panjang dan kebutuhan penerima manfaat.

Budi menyampaikan instrumen investasi terbesar DPBCA saat ini didominasi SBN dengan porsi 36,45% dari total nilai investasi yang sebesar Rp 5,81 triliun per Juni 2024. Selanjutnya, diikuti tanah dan bangunan sebesar 15,99%, penyertaan langsung dengan porsi 13,93%, lalu deposito sebesar 13,43%, SRBI 7,26%, obligasi sebesar 6,61%, serta saham dan reksadana sebesar 6,33%.

Sebagai informasi, data statistik OJK menyatakan instrumen investasi saham dana pensiun secara gabungan tercatat sebesar Rp 24,64 triliun per Mei 2024. Adapun nilai itu menurun 5,81% secara bulanan dan menurun 11,39% secara tahunan.

Instrumen investasi saham Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Program Pensiun Iuran Pasti Gabungan tercatat sebesar Rp 2,35 triliun per Mei 2024. Adapun nilai itu menurun 7,11% secara bulanan dan menurun 9,26% secara tahunan.

Kemudian instrumen investasi saham Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) Gabungan tercatat sebesar Rp 16,35 triliun per Mei 2024. Adapun nilai itu menurun 5,81% secara bulanan dan menurun 10,7% secara tahunan.

Sementara itu, instrumen investasi saham Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) Gabungan tercatat sebesar Rp 5,93 triliun per Mei 2024. Adapun nilai itu menurun 5,27% secara bulanan dan menurun 14,05% secara tahunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih