Penempatan surat berharga di bank mencatatkan kenaikan 18%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penempatan dana bank di surat berharga pada sepanjang sebelas bulan pertama 2017 mengalami kenaikan cukup besar.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan surat berharga tembus ke level 18% dari periode sebelumnya dengan total mencapai Rp 1.049,25 triliun.

Dari jumlah tersebut, penempatan dana bank yang ditumpuk dalam bentuk obligasi atau bonds masih menjadi mayoritas mencapai Rp 671,6 triliun. Jumlah ini juga tercatat naik sebesar 19,18% secara tahunan atau year on year (yoy).


Melihat tren tersebut, Direktur Tresuri dan Internasional PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Panji Irawan menyebutkan hal tersebut diprediksi bakal terus berlanjut di 2018.

Hal ini sejalan dengan meningkatnya aset dan liablitas perbankan, serta regulasi yang mengatur tentang prinsip kehati-hatian atau prudentiality melalui pemeliharan liqudity coverage ratio (LCR).

"Salah satunya adalah high quality asset yang antara lain berwujud penempatan pada alat likuid seperti instrumen Bank Indonesia (BI), SUN (Surat Utang Negara) dan surat berharga likuid termasuk obligasi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (28/1).

Hal ini, menurut Panji, juga tercermin dari tumbuhnya portofolio BNI pada surat berharga termasuk obligasi yang turut meningkat. Gambaran saja, merujuk pada presentasi perusahaan akhir 2017, penempatan dana pada obligasi pemerintah BNI meningkat 26,7% yoy menjadi Rp 79,84 triliun.

Sementara dalam bentuk surat berharga lain atau marketable securites naik 52,4% menjadi Rp 36,35 triliun.

Senada dengan BNI, Direktur Keuangan dan Tresuri PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Iman Nugroho Soeko mengatakan pembelian surat berhaga baik untuk ditahan maupun untuk diperjualbelikan (trading) dilakukan guna mengelola ekses likuditas.

Artinya, jika kredit diprediksi belum tumbuh sesuai yang diharapkan, maka likuiditas nantinya akan digunakan untuk meningkatkan portofolio dalam surat berharga.

Pun, tahun ini, melihat asumsi pertumbuhan kredit yang diprediksi bakal lebih kencang dibanding tahun lalu, BTN menilai tren penempatan surat berhaga masih akan sama dengan tahun 2017.

Meski begitu, merujuk pada laporan keuangan BTN per akhir November 2017. Penempatan dana di surat berhaga perseroan tercatat mengalami penurunan dari Rp 14,69 triliun di November 2016 menjadi Rp 13,66 trilun atau turun 7,54% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie