JAKARTA. Investor pasar modal sejenak bisa menghela nafas lega usai sepekan terakhir diaduk-aduk emosinya. Kemarin (18/12), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,54% ke 5.113,35. Pemicu kebangkitan IHSG antara lain adalah pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Janet Yellen, yang menyalakan sinyal mempertahankan bunga mendekati nol persen, setidaknya hingga kuartal I-2015. Sikap Yellen ini meredakan sejenak kecemasan terjadinya arus modal keluar
(capital outflow) dari pasar modal lokal. Namun, bukan berarti sinyal
bullish IHSG ikut-ikutan menyala. Pengumuman The Fed cuma obat penenang sementara bagi bursa.
Apalagi, akhir tahun ini IHSG minim katalis. Paling banter, tren harga minyak dunia. "Jika harga minyak
technical rebound ke US$ 60 per barel, IHSG reli dan tutup di atas 5.100 akhir 2014," tutur Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia. Secara teknikal, kata Satrio, IHSG menguji
resistance di level 5.121. Jika level ini tercapai, IHSG bisa ke 5.100-5.350 di akhir 2014. Tapi jika tak tercapai, investor sebaiknya
buy on weakness, menunggu IHSG hingga mencapai level
support 4.970-4.850. Satrio tetap merekomendasikan saham perbankan, konstruksi, semen dan infrastruktur. IHSG terbilang positif dalam jangka panjang atau satu hingga dua tahun ke depan. Nah, yang perlu diwaspadai adalah tren negatif IHSG di jangka menengah. Tiga-empat bulan ke depan, pasar domestik bakal melewati berbagai siklus tahunan. Di awal tahun misalnya, ada
January Effect. Ini fenomena kenaikan harga saham sejak sepekan sebelum pergantian tahun hingga dua pekan pertama Januari. Tapi khusus Januari 2015, investor harus waspada. "Tak seperti biasa, ada beberapa korporasi membutuhkan dollar AS dalam jumlah besar untuk
hedging," bisik seorang tresuri bank Eropa di Singapura. Artinya, ada kemungkinan rupiah kembali loyo dan berimbas ke bursa.
Menjelang akhir kuartal I dan memasuki kuartal II-2015, ada publikasi laporan keuangan tahunan emiten dan rencana pembagian dividen. Jika kinerja emiten positif, indeks cenderung naik. Jangan lupa, secara tak langsung Yellen menyebutkan keputusan kenaikan suku bunga sekitar April 2015. Jika jadi naik, kemungkinan indeks kembali loyo, Dan di di bulan Mei ada kredo: s
ell in may and go away. Sederhananya, ajakan investor melepas portofolio di bulan Mei dan menjauhi pasar modal. Tapi, John Daniel Rachmat, Kepala Riset Mandiri Sekuritas yakin, bursa di tahun depan positif. Dia menyarankan, investor menjual dollar dan mengalihkan ke saham. Menurutnya, bunga Fed belum tentu naik tahun depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia