Penerapan Bea Masuk Anti Dumping Meningkatkan Utilisasi Produksi Keramik Nasional



KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) merespons positif rencana penerapan Bea Masuk Antidumping (BMAD) untuk impor keramik, yang dipandang akan menggerakkan industri nasional ke arah yang lebih produktif dan kompetitif. 

Langkah ini telah memicu sejumlah importir besar untuk berinvestasi dan membangun pabrik di Indonesia, mendukung pertumbuhan ekonomi serta penyerapan tenaga kerja lokal.

Sambutan Asaki terhadap Penyelidikan KADI


Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto, menyambut baik hasil penyelidikan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) yang telah berlangsung selama lebih dari 1,5 tahun. Penyelidikan ini dilakukan untuk memverifikasi praktik dumping dari produk keramik Tiongkok, memberikan dasar hukum untuk penerapan BMAD. 

"Kami menyambut baik kehadiran pemain baru dalam industri keramik, yang sebelumnya berperan sebagai trader atau importir, untuk bersaing secara sehat dan adil dengan fokus pada kreativitas, inovasi, dan efisiensi," ujar Edy Suyanto kepada Kontan pada Senin, 22 Juli.

Baca Juga: Asaki: Kebijakan BMAD Harus Didukung Penuh

Dampak Positif BMAD terhadap Industri Keramik Nasional

Menurut Edy Suyanto, implementasi BMAD diharapkan dapat memulihkan kapasitas produksi keramik nasional, khususnya untuk Homogeneous Tiles (HT), yang sebelumnya hanya dapat memanfaatkan kapasitas produksi di bawah 40% akibat dampak kerugian dari praktik dumping. 

Asaki optimis bahwa dengan penerapan BMAD, tingkat utilisasi produksi keramik nasional dapat meningkat kembali mencapai 80% pada tahun ini dan 90% pada tahun 2025.

Investasi Baru di Industri Keramik Indonesia

Beberapa importir besar telah mengumumkan rencana mereka untuk membangun pabrik di Indonesia. Salah satunya, PT Trust Trading, akan melanjutkan pembangunan pabrik di Kendal dengan kapasitas produksi 18 juta m² per tahun. 

Proyek ini bernilai investasi sebesar Rp1,2 triliun dan diperkirakan akan menyerap 700 tenaga kerja. 

Selain itu, PT RKI berencana membangun pabrik di Batang dengan kapasitas produksi 21,5 juta m² per tahun, dengan investasi sebesar Rp1,5 triliun yang akan menyerap 1000 tenaga kerja. 

PT Superior juga menghadirkan investasi baru di Subang dengan kapasitas produksi sekitar 22 juta m² per tahun.

Baca Juga: KADI Merekomendasikan BMAD Terhadap Keramik Impor China, Ini Rincian Tarifnya

Perkembangan Investasi oleh Anggota Asaki

Terdapat beberapa anggota Asaki lainnya yang juga sedang mempersiapkan investasi baru, yang diharapkan akan selesai pada semester kedua tahun 2025. 

"Selain para importir atau trader yang 'ganti baju' menjadi manufaktur atau pabrik, terdapat juga investasi baru dari anggota-anggota Asaki yang diperkirakan akan selesai di semester kedua tahun 2025," tambah Edy.

Edy juga menanggapi skeptisisme terhadap kecukupan pasokan keramik pasca-berlakunya BMAD dengan tegas. Menurutnya, klaim akan kekurangan pasokan yang disuarakan oleh importir atau trader kecil hanya bersifat spekulatif. 

Importir besar dan bonafid, yang telah menyiapkan investasi dalam bentuk pabrik produksi, diyakini mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik secara memadai. 

"Suara-suara sumbang bahwa akan ada kekurangan supply keramik pasca diberlakukan BMAD hanyalah isapan jempol belaka, yang ditiupkan oleh para importir/trader kecil sedangkan yang besar dan bonafide sudah menyiapkan investasi," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .