Penerapan pembatasan ekspor belum berdampak optimal bagi petani karet



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerapan pembatasan ekspor atau Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) dinilai belum berdampak bagi positif bagi petani karet Indonesia.

"Pembatasan ekspor tidak berpengaruh bagi harga karet petani," ujar Ketua Umum Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkarindo), Lukman Zakaria, Rabu (14/2).

Kurangnya kerjasama dalam penerapan pembatasan ekspor membuat cara tersebut belum berhasil. Harga karet di tingkat petani pun saat ini masih rendah.


Lukman bilang harga karet di tingkat petani saat ini sebesar Rp 6.000 per kilogram (kg). Sementara menurut Lukman, harga karet ideal sebesar Rp 15.000 per kg hingga Rp 20.000 per kg. Meski begitu, harga karet petani mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 2017. Pada tahun 2017, harga karet sempat mencapai Rp 4.000 per kg.

Hal tersebut berbeda bila dibandingkan dengan harga karet dunia. Harga karet dunia tahun 2018 mengalami kemerosotan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Berdasarkan data pada website International Rubber Consortium (IRCo), harga karet rata-rata bulan Februari tahun 2018 sebesar US$ 1,45 per kg. Sementara harga karet rata-rata pada bulan Februari 2017 mencapai US$ 2,19 per kg.

Melihat itu, petani meminta agar pemerintah meningkatkan sektor hilir. Hal itu akan membuat nilai tambah karet petani akan meningkat. "Seharusnha solusinya pemerintah membuat industri hilir dalam negeri agar memberikan nilai tambah," terang Lukman.

Lukman pun menagih kepada pemerintah untuk membeli karet petani rakyat. Lukman bilang janji Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman untuk membeli karet petani sebesar lebih dari 500.000 ton, belum terlaksana hingga saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat