Penerbitan dan Daya Tarik SBN Ritel Tetap Semarak Hingga 2026



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel pada tahun 2026 ditengarai akan tetap ekspansif.

Hingga Oktober 2025, total penjualan seluruh SBN ritel sejak awal tahun ini sebanyak Rp 137,7 triliun. Pada sisa tahun ini, masih ada seri ST015 yang akan ditawarkan pada 10 November-3 Desember 2025, sehingga capaian SBN ritel masih akan meningkat.

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, M Rizal Taufikurahman mencermati, pada tahun 2026, penerbitan dan minat masyarakat terhadap SBN ritel masih akan tinggi.


"Penerbitan masih akan semarak, didorong oleh kebutuhan pembiayaan defisit APBN 2026 yang masih cukup besar, sekitar 2,68 persen terhadap Produk Domestik Bruto," ujarnya kepada KONTAN, Jumat (31/10/2025).

Baca Juga: Menakar Potensi Serapan SBN Ritel Hingga Akhir Tahun dan Proyeksi Kupon pada 2026

Dengan begitu, Rizal melihat pemerintah melalui Kemenkeu hampir pasti akan melanjutkan pola penerbitan reguler berbagai seri SBN ritel. Bahkan, dalam dua tahun terakhir, peran SBN ritel bukan hanya sebagai sumber pembiayaan. Namun, juga sebagai instrumen literasi dan inklusi keuangan yang efektif dengan jumlah investor yang terus meningkat.

Sementara itu, dari sisi minat dan serapan investor, Rizal memandang prospeknya juga solid. Dengan raihan hingga Oktober 2025, total penjualan SBN ritel telah mendekati rekor 2024 sebesar Rp 148,36 triliun. 

Pada tahun 2026, Rizal mencermati, sentimen terhadap SBN ritel meliputi arah kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI-7DRR saat ini 4,75%), stabilitas nilai tukar rupiah, inflasi yang terjaga, serta pergerakan yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun yang kini berada di kisaran 6%. 

"Jika kondisi makro dan pasar keuangan tetap stabil, minat terhadap SBN ritel akan berlanjut positif," paparnya.

Adapun kecenderungan reinvestasi investor ritel pada 2026 juga tinggi. "Beberapa seri seperti ST013 dan SBR013T2 akan jatuh tempo di tahun depan, memberikan likuiditas baru yang berpotensi masuk kembali ke seri baru," kata Rizal.

Baca Juga: Minat Investor SBN Ritel Ke Depan Diramal Meningkat, Ini Faktornya

Terutama, apabila kupon yang ditawarkan kompetitif dan akses penjualan digital tetap lancar. Rizal mencermati, fenomena reinvestasi ini telah terlihat pada tahun-tahun sebelumnya. Di mana, investor yang menebus seri jatuh tempo cenderung membeli seri berikutnya dalam jangka waktu dekat. Hal ini menunjukkan loyalitas dan kepercayaan tinggi terhadap instrumen SBN ritel.

Rizal memproyeksikan, kisaran realistis untuk kupon SBN ritel pada 2026 akan berada di rentang 5,1–6,0% untuk seri ORI dan SR dengan tenor 3–6 tahun, mengikuti pergerakan yield SUN dan BI Rate. 

Sementara itu, untuk seri SBR dan ST yang bersifat floating with floor, ia menganggap kisaran 5,75–6,50% terbilang wajar, apabila suku bunga acuan BI tetap berada di level 4,50–5,0%. "Pemerintah kemungkinan akan tetap mempertahankan skema spread tetap terhadap BI Rate agar tetap menarik, sekaligus tidak membebani fiskal," jelasnya.

Baca Juga: Penjualan SBN Ritel Capai Rp 137,7 Triliun hingga Oktober 2025

Adapun dalam menjaga daya tarik SBN ritel 2026, Rizal mencermati, pemerintah perlu melanjutkan strategi kombinatif. Pertama, menetapkan kupon dan floor yang kompetitif terhadap pasar. Kedua, menjaga konsistensi kalender penerbitan per kuartal untuk memberi ruang strategi reinvestasi.

Ketiga, memperluas basis investor melalui digitalisasi dan edukasi keuangan, khususnya ke segmen milenial dan Gen Z. Keempat, memperkenalkan seri tematik seperti green sukuk atau sukuk pendidikan yang menambah nilai sosial. "Terakhir, memastikan stabilitas makroekonomi serta komunikasi fiskal yang kredibel untuk menjaga persepsi risiko investor," sebut Rizal.

Dus, ia menilai, dengan sinergi kebijakan fiskal dan moneter yang terjaga, SBN ritel 2026 tetap menjadi instrumen pembiayaan andalan sekaligus pilar literasi investasi nasional.

Baca Juga: Masih Ada Tiga SBN Ritel Hingga Akhir Tahun, Bagaimana Prospeknya?

Selanjutnya: Xi Jinping Hadiri KTT APEC Pasca Gencatan Senjata Perdagangan dengan Trump

Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (1/11), Provinsi Ini Diguyur Hujan Sangat Lebat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News