Penerbitan dan Penyerapan SBN di Semester II Diprediksi Masih Ramai



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memproyeksikan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) akan meleset dari target yang dicanangkan pada awal tahun. Sebab, pemerintah akan menggunakan dana Sisa Anggaran Lebih (SAL) untuk menutup defisit APBN.

Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Deni Ridwan mengatakan sepanjang semester I, pemerintah telah merealisasikan penerbitan SBN (neto) sebesar Rp 206,18 triliun. Angka itu setara 30,9% dari target APBN 2024 sebesar Rp 666,4 triliun.

Namun ia menegaskan, angka pendapatan negara merupakan proyeksi dan belanja negara merupakan komitmen pemerintah. Keduanya dapat bergerak dinamis sesuai dengan kondisi perekonomian terkini, seperti realisasi pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar, dan harga minyak dunia.


Baca Juga: Potensi Penawaran SBN di Semester II Besar, Simak Penjelasan Analis

"Realisasi pendapatan dan belanja negara sampai dengan akhir semester I dan proyeksi keduanya sampai dengan akhir tahun sangat mempengaruhi angka kebutuhan pembiayaan di semester II," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (5/9).

Mengacu pada laporan realisasi APBN semester I, angka pendapatan negara diproyeksikan relatif stabil menjadi Rp 2.802,5 triliun. Namun, angka belanja negara diproyeksikan meningkat menjadi Rp 3.412,2 triliun, sehingga defisit melebar menjadi Rp 609,7 triliun atau 2,70% dari PDB.

Meski begitu, Deni menyebut bahwa pemerintah mendapatkan tambahan alokasi penggunaan dana SAL untuk menutup defisit tersebut. "Dengan tambahan alokasi penggunaan dana SAL tersebut, kebutuhan penerbitan SBN neto untuk membiayai defisit APBN pada semester II tahun ini diproyeksikan lebih rendah dari Rp459,82 triliun," tegasnya.

Baca Juga: Dollar AS Balik Menguat, Tren ke Depan Masih Tertekan

Target penerbitan SBN di semester II, kata Deni, utamanya akan dipenuhi melalui lelang SBN reguler. Saat ini telah terjadwal 25 kali lelang SBN selama periode tersebut, baik SUN maupun SBSN.

Di samping itu, pemerintah juga masih akan menerbitkan SBN ritel di pasar domestik sebanyak 4 kali dan sekali penerbitan SBN valas di pasar internasional selama semester II tahun ini. Pemerintah juga dapat menerbitkan SBN melalui private placement khusus untuk seri atau tenor SBN yang tidak ditawarkan melalui lelang, jika ada kebutuhan dari sisi investor atas seri atau tenor SBN tersebut.

Penyerapan SBN

Untuk semester II, pemerintah memproyeksikan permintaan terhadap SBN akan positif. Ekspektasi penurunan suku bunga Fed Fund Rate yang semakin kuat dan berpotensi diikuti juga oleh penurunan suku bunga acuan domestik, telah meningkatkan minat investor terhadap SBN dalam beberapa waktu terakhir.

Investor asing pun mulai masuk kembali ke pasar SBN domestik. "Dampaknya terlihat pada penurunan yield SBN secara umum dan menguatnya nilai tukar rupiah," sebutnya.

Dengan jumlah penerbitan di semester II, pemerintah menyiapkan sejumlah langkah untuk mendorong penyerapan SBN pada semester II ini. Pertama, tmenjalankan kebijakan fiskal, termasuk strategi pembiayaan, secara efektif, prudent, dan kredibel.

Baca Juga: SUN Tenor 40 Tahun Dirilis, Dana Pensiun Bisa Kelola Investasi Jangka Panjang

Kedua, meningkatkan transparansi dan aktif mengkomunikasikan kebijakan pemerintah kepada pelaku pasar, terutama investor. Ketiga, melakukan diversifikasi instrument SBN.

Deni mencontohkan, pemerintah menerbitkan SUN tenor 40 tahun pada bulan Agustus untuk mendukung industri dana pensiun dan asuransi dalam memenuhi kesesuaian antara aset dan kewajiban yang dimiliki (asset liability matching).

Selain itu, pemerintah juga berencana menerbitkan SDGs Bond Ritel pada penerbitan SUN ritel berikutnya. "Hal itu untuk menarik minat investor yang peduli terhadap sustainability development goals seperti pengurangan tingkat kemiskinan, peningkatan mutu pendidikan, dan perbaikan fasilitas kesehatan," tutup Deni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli