Penerbitan Green Bond di Indonesia Diprediksi Semakin Semarak



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek penerbitan obligasi berkelanjutan alias green bond di Indonesia diprediksi akan positif. Pada tahun 2023 ini, sejumlah emiten menawarkan green bond, yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar Rp 5 triliun pada bulan Juni, PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) senilai Rp 339,89 miliar pada bulan Agustus, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar Rp 6 triliun pada Oktober 2023.

Investment Specialist Sucorinvest Asset Management Felisya Wijaya mengatakan, prospek penerbitan green bond di Indonesia punya peluang besar seiring dengan komitmen pemerintah Indonesia pada penerapan prinsip environmental, social, and corporate governance (ESG). Hal ini terbukti dari penerbitan green bond yang terus bertumbuh dalam beberapa tahun terakhir. 

"Dari sisi minat, investor juga semakin tertarik terhadap produk investasi berbasis lingkungan sehingga turut mendorong prospek penerbitan green bond," kata Felisya saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (18/10). 


Baca Juga: Lonjakan Yield US Treasury Masih Menekan Pasar Surat Utang Domestik

Menurut Felisya, hingga saat ini, penerbitan green bond di Indonesia terfokus pada sektor perbankan. Dana hasil penerbitan obligasi berkelanjutan disalurkan untuk membiayai proyek dalam kategori Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL). 

Namun, tidak menutup kemungkinan perusahaan di sektor pembangkit listrik panas bumi atau mini hidro serta energi terbarukan lainnya dapat menerbitkan green bond untuk pembiayaan infrastruktur hijau. 

Lebih lanjut, berdasarkan minat investor domestik dan asing terhadap komitmen ESG, penerbitan green bond biasanya disertakan oleh premium sehingga yield yang ditawarkan lebih rendah. Sebagai contoh, obligasi berwawasan lingkungan berkelanjutan I Bank Mandiri Tahap 1 Tahun 2023 Seri A memiliki kupon sebesar 5,8%, sedangkan pada periode yang sama bulan Juli 2023, tingkat imbal hasil obligasi AAA tenor 3 tahun memiliki yield sebesar 6,5%. 

"Meskipun demikian, green bond masih dapat menarik minat investor mengingat dana hasil penerbitan akan digunakan untuk proyek berbasis lingkungan," tutur Felisya. 

Baca Juga: Green Bond BRI Senilai Rp 6 Triliun Resmi Tercatat di Bursa Efek Indonesia

Director & Chief Investment Officer, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula juga melihat, kupon yang ditawarkan green bond sedikit lebih rendah dibandingkan obligasi biasa. Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan pasokan, sedangkan permintaannya tinggi. 

Ezra memperkirakan, dengan semakin meningkatnya kesadaran dan tema investasi berbasis ESG, maka penerbitan green bond akan disambut positif oleh investor. "Saat ini, sektor finansial adalah penerbit green bond terbesar di Indonesia, tetapi tidak menutup kemungkinan ke depannya ada penerbitan dari sektor energi dan lain-lain," ucap Ezra. 

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian menambahkan, prospek penerbitan green bond masih cukup baik. Hal ini didorong oleh sentimen positif berupa kebijakan menuju ekonomi berkelanjutan dan minat investor terhadap produk bertema ESG yang akan semakin tinggi ke depannya. 

Fajar mengimbau pelaku pasar untuk tetap memperhatikan fundamental emiten serta komitmen mereka atas penerapan keuangan yang berkelanjutan. Sementara Felisya menyarankan investor untuk memilih obligasi green bond yang memiliki peringkat investment grade serta perusahaan yang dengan rekam jejak yang baik dalam menjalankan praktik ESG sehingga terhindar dari greenwashing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati