KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Penerbitan obligasi di Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan melambat drastis mulai minggu ini setelah penerbitan surat utang secara mengejutkan sebesar US$ 45 miliar pekan lalu yang sebagian besar berasal dari bank-bank terkemuka di Bursa Wall Street. Perusahaan-perusahaan penjamin emisi memperkirakan penerbitkan obligasi sebelum The Fed menaikkan suku bunga Juli ini yang diprediksi 75 basis poin hanya akan mencapai US$ 15 miliar-US$ 20 miliar. Menurut Michael Gambale, Analis Bloomberg, kenaikan suku bunga The Fed akan terjadi Rabu (27/7). Ia mengatakan, total volume penerbitkan surat utang hingga Juli saat ini mencapai US4 68,8 miliar, masih jauh dari yang ditargetkan sebelumnya yakni US$ 80 miliar.
Bank-bank besar AS, yang seharusnya menyelesaikan sebagian besar pinjaman mereka untuk tahun ini, justru membanjiri pasar dengan kesepakatan penerbitan obligasi baru minggu lalu. Baca Juga: Begini Prospek Obligasi Indonesia di Tengah Isu Kenaikan Suku Bunga The Fed Bank of America Corp, JPMorgan Chase & Co, Wells Fargo & Co dan Morgan Stanley menyumbang 61% dari lebih dari penerbitan obligasi sebesar US$ 45 miliar sepanjang minggu lalu, menjadikannya minggu tersibuk sejak pertengahan April. Goldman Sachs Group In, yang belum mengumumkan penawaran, mungkin masih akan menerbitkan utang dalam beberapa hari mendatang, menurut analis kredit Bloomberg Intelligence Arnold Kakuda. Ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan Gubernur Fed Jerome Powell akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin minggu ini, memperlambat laju kenaikannya menjadi setengah poin pada bulan September, kemudian beralih ke kenaikan seperempat poin pada dua pertemuan tersisa tahun ini. Kenaikan suku bunga bank sentral akan membuat ekonomi melambat. Menurut Nicolas Elfner, Kepala Riset Breckinridge Capital Advisors di Boston, itu berarti risiko spread kredit yang lebih luas lebih tinggi daripada skenario pengetatan spread. Barclays Plc melihat perlambatan ekonomi akn memukul pasar kredit lagi selama enam bulan ke depan, mengangkat premi risiko ke tingkat yang terkait dengan resesi. “Kami memperkirakan volatilitas spread akan berlanjut dengan bias yang melebar di tingkat investasi karena risiko atau kemungkinan resesi meningkat,” kata Elfner dikutip Bloomberg, Minggu (24/7). Beberapa perusahaan teknologi dan industri akan menerbitkan obligasi minggu depan, seperti Apple, Alphabet, Amazon.com, Inc, Boeing, General Electric, dan General Motors. Baca Juga: Keputusan BI Tahan Suku Bunga Positif untuk Bursa, Negatif bagi Rupiah Yield tertinggi di pasar perdana obligasi telah melambat karena peminjam tetap dalam mode menunggu dan menonton menjelang pertemuan Fed berikutnya. Penerbitan sejauh tahun ini mencapai US$ 69 miliar, turun 77% dari sekitar US$ 301 miliar yang dikeluarkan dari periode yang sama tahun lalu, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg News.