Penerbitan obligasi bisa Rp 70 triliun



JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menerima mandat pemeringkatan obligasi korporasi tahun depan sebesar Rp 17,69 triliun. Momentum penerbitan obligasi ini diperkirakan berlangsung pada kuartal I-2014.

Direktur Pemeringkatan Pefindo, Vonny Widjaja menjelaskan, besaran tersebut merupakan mandat yang diterima Pefindo hingga 25 Oktober 2013. Angka itu termasuk penundaan penerbitan obligasi dari lima emiten sektor perbankan dan properti.

Menurut Vonny, emiten akan mencari momentum yang lebih tepat. Tahun depan, optimisme pasar lebih besar dibanding tahun ini. "Dari mandat yang kami terima, sektor perbankan, keuangan, dan properti masih lebih dominan dibanding sektor lain. Kami berharap, penerbitan obligasi keseluruhan pada tahun depan bisa mencapai Rp 70 triliun," ungkap Vonny, Senin (16/12).


Vonny memperkirakan, kemungkinan banyak perusahaan akan merilis obligasi pada awal tahun untuk mengurangi risiko pemilu. Namun, ada kemungkinan juga banyak emiten yang akan merilis surat utang pasca pemilu, ketika pemimpin negeri ini sudah jelas identitasnya. "Masih wait and see kapan momen terbaik untuk mendapatkan hasil optimal," ujar dia.

Vonny yakin, penerbitan obligasi tahun depan lebih marak dibanding tahun ini. Sebab, permintaan investasi ini cukup banyak. Terlebih, jika emiten mengantongi peringkat A, AA, dan AAA.

Selain peringkat yang bagus, investor juga mempertimbangkan kupon. Permintaan kupon yang tinggi dari investor belum tentu dipenuhi oleh emiten. Tren kenaikan suku bunga di semester II tahun ini menjadi faktor terkereknya kupon obligasi.

Fakhrul Aufa, analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) menuturkan, kupon obligasi korporasi akan naik bila Bank Sentral Amerika Serikat jadi mengurangi stimulus moneter. Antisipasi pengurangan stimulus mulai terlihat saat ini dengan kenaikan BI rate menjadi 7,5%.

Dengan asumsi masih ada ruang kenaikan BI rate hingga level 8%, yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun bisa terkerek menuju 9,5%. "Bila terjadi situasi di global maka yield obligasi pemerintah akan naik lebih dulu, baru diikuti kupon obligasi korporasi," terang Fakhrul.

Saat ini, obligasi korporasi dengan rating AAA menawarkan kupon 150 basis poin (bps) hingga 180 bps di atas SUN dengan tenor yang sama. Obligasi korporasi dengan rating AA memberikan kupon 180 bps - 250 bps di atas SUN dengan tenor yang sama. Untuk rating A, spread yang ditawarkan 300 bps diatas SUN dengan tenor sama.

Target meleset

Sepanjang tahun ini, target pemeringkatan Pefindo meleset. Vonny bilang, pihaknya menargetkan pemeringkatan sepanjang tahun ini Rp 72 triliun. Namun, realisasinya hanya Rp 49,625 triliun. target meleset lantaran suku bunga acuan (BI rate) yang kian meroket.

Emiten lebih banyak menahan penerbitan untuk menghindari beban kupon yang melambung. "Awal 2013, kami cukup optimistis dengan kondisi pasar. Begitu masuk bulan Juli hingga Desember, pemeringkatan lesu," tuturnya.

Mandat yang diterima Pefindo sepanjang tahun ini hingga 25 Oktober 2013 didominasi emiten sektor keuangan sebesar Rp 20,38 triliun. Sektor lainnya yaitu perbankan mencapai Rp 13,21 triliun dan sektor transportasi sebesar Rp 4,2 triliun.

Pefindo tidak melakukan review ulang pemeringkatan bagi emiten yang menunda penerbitan. Sebab, peringkat dari Pefindo tersebut berlaku satu tahun. Review peringkat dilakukan jika terjadi situasi yang sangat genting, seperti penurunan kinerja keuangan yang drastis.

Ambil contoh, untuk perusahaan sektor keuangan. Perubahan peringkat bisa saja dilakukan bila ada lonjakan kredit macet alias non-performing loan (NPL). "Selama belum ada lonjakan NPL, rating perusahaan keuangan akan stabil seperti tahun ini," ujar Vonny.

Vonny mengatakan, kebijakan BI mengerek BI rate digunakan untuk menekan laju kredit di perbankan. Bila laju kredit perbankan tertahan, rasio NPL diharapkan akan menurun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati