KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten mulai berbondong-bondong mencari dana melalui penerbitan surat utang korporasi sepanjang periode kuartal II-2022. Tingginya minat penerbitan tercermin dari naiknya jumlah penerbitan obligasi korporasi pada periode tersebut dibanding tahun sebelumnya. Kepala Divisi Pemeringkatan Non Jasa Keuangan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Niken Indriarsih mengungkapkan, jumlah penerbitan obligasi korporasi pada kuartal II-2022 mencapai Rp 32,37 triliun. Jumlah ini naik hingga 60,7% secara year on year (yoy). “Hal ini membuat penerbitan surart utang korporasi sepanjang semester I-2022 mencapai Rp 72,7 triliun. Angka tersebut naik 67% dari semester I-2021 yang hanya Rp 43,37 triliun,” ujarnya dalam media forum Pefindo, Selasa (19/7).
Pada periode 1 April - 15 Juli 2022, Niken menyebut Pefindo telah melakukan 39 publikasi peringkat untuk Divisi Non-Keuangan I yang meliputi basic industri, konsumer, komoditas, serta tower dan telekomunikasi.
Baca Juga: Suku Bunga Diramal Naik, Penerbitan Obligasi Korporasi Diyakini Tetap Ramai Dilihat dari rating-nya, surat utang korporasi yang memiliki rating A masih mendominasi, yakni sebanyak 14. Kemudian disusul oleh rating AAA dan AA yang masing-masing sebanyak 12 dan 10. Sementara untuk rating BBB terdapat 2 dan BB terdapat 1. Lebih lanjut, pada periode yang sama, Pefindo juga melakukan 37 publikasi peringkat untuk Divisi Non-Keuangan II yang meliputi konstruksi, manufaktur, logistik, properti, infrastruktur, hingga rumah sakit. Dari segi rating, surat utang korporasi dengan rating A masih mendominasi, yakni sebanyak 13. Lalu untuk rating AA sebanyak 11 dan rating AAA sebanyak 2. Pada divisi ini, rating BBB cukup dominan karena jumlahnya mencapai 10. Lalu, untuk rating BB terdapat 1. Menjalani paruh kedua tahun ini, Niken mengungkapkan Pefindo setidaknya telah memegang mandat surat utang korporasi yang belum listing dari 50 perusahaan dengan nilai mencapai Rp 64,65 triliun. Ia menjelaskan, berdasarkan institusi, perusahaan non-BUMN mendominasi, yakni sebanyak 31 perusahaan (62%). Namun, dari sisi rencana nominal penerbitan, perusahaan BUMN jauh lebih besar, yakni Rp 33,92 triliun (52,47%) “Akan tetapi mandat ini belum tentu akan diterbitkan pada sisa tahun ini semuanya, bisa saja baru dilakukan pada tahun depan,” imbuh Niken. Niken menambahkan, dengan kondisi ekonomi yang sangat dinamis belakangan ini, para emiten dinilai akan mencermati keadaan pasar terlebih dahulu. Khususnya mengenai perkembangan geopolitik yang berkaitan dengan angka inflasi, serta kebijakan moneter dari para bank sentral. Menurutnya, akan ada dua kemungkinan yang diambil para emiten. Pertama, memanfaatkan momentum belum naiknya suku bunga dan segera menerbitkan surat utang korporasi. Kedua, menunggu kenaikan suku bunga menjadi lebih stabil sehingga menunda penerbitan sembari
wait and see. Baca Juga: Memilah Penawaran Obligasi Korporasi yang Menarik Jika ternyata kemungkinan kedua yang terjadi, menurutnya jumlah penerbitan surat utang korporasi akan mengalami perlambatan. Padahal, dari sisi permintaan ia optimistis investor masih akan memburu surat utang korporasi, walaupun mungkin akan cenderung lebih selektif. Terutama jika ada kenaikan suku bunga. “Secara keseluruhan, kami optimistis penerbitan surat utang korporasi pada tahun ini bisa mencapai Rp 102-125 triliun,” jelas Niken. Selain dari mandat yang diterima Pefindo sudah mencapai Rp 64 triliun, Niken menyebut pada kuartal III dan kuartal IV-2022, jumlah surat utang korporasi yang jatuh tempo mencapai Rp 44 triliun dan Rp 47 triliun. Alhasil, ia meyakini sekalipun ada kenaikan suku bunga, penerbitan surat utang korporasi di tahun ini masih bisa mencapai proyeksi Pefindo tersebut. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi