KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obligasi Korporasi masih belum menarik sepanjang semester I 2023. Hingga akhir tahun diprediksi, jumlah penerbitan obligasi korporasi masih mendatar. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penerbitan surat utang korporasi pada semester I 2023 tercatat turun 37%
year on year (YoY) menjadi Rp 45,99 triliun. Periode yang sama tahun lalu, jumlah penerbitan sebanyak Rp 72,73 triliun.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menilai, salah satu penyebab belum semaraknya jumlah penerbitan obligasi korporasi karena kondisi ekonomi Indonesia yang masih memulihkan kondisinya.
"Dalam arti semua sektor belum bisa
running sepenuhnya," ujarnya.
Baca Juga: Bunga Tinggi, Penerbitan Obligasi Korporasi Masih Akan Lesu Sampai Akhir Tahun Nah, mendatarnya penerbitan obligasi korporasi diperkirakan akan berlanjut di semester II. Padahal, Ario juga menyatakan terdapat sejumlah katalis yang bisa mendorong jumlah penerbitan surat utang korporasi. Dari global misalnya, Ario mengatakan suku bunga sudah melandai dan hal tersebut dapat menjadi momentum bagi emiten untuk menerbitkan surat utang korporasi. Terlebih bisa dimanfaatkan untuk
refinancing ataupun menambah modal kerja. Dari dalam negeri,
yield surat berharga negara (SBN) juga telah turun dan bergerak stabil. Contoh, SBN tenor 10 tahun memiliki
yield sekitar 6,2% dan relatif cukup stabil sehingga dari sisi
cost of fund bisa lebih murah. Namun, ketidakpastian disebutnya tetap tinggi lantaran The Fed menyatakan masih akan menaikkan suku bunga dua kali lagi di tahun ini. "Sehingga membuat ketidakpastian masih cukup tinggi di pasar," katanya. Di sisi lain, inflasi global masih tinggi akibat dampak perang yang mengganggu distribusi beberapa produk sehingga mengakibatkan kenaikan sejumlah harga. Kemudian, saat ini emiten-emiten juga cukup berhati-hati untuk menerbitkan surat utang karena ada kejadian
default. "Hal itu membuat selektif para investor untuk masuk
corporate bond," sambungnya.
Baca Juga: Penerbitan Surat Utang Korporasi Turun pada Semester I, Ini Penyebabnya Selain itu juga dari belum meratanya pertumbuhan ekonomi. Ario menuturkan, memang pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan cukup baik dibandingkan negara-negara lain. Namun perlu diingat, penerbitan obligasi korporasi didominasi dari sektor perbankan dan pembiayaan (
multifinance) dengan mencapai 60% dari total penerbitan. Sementara kondisi saat ini perbankan kurang aktif menerbitkan obligasi korporasi lantaran dana dari pihak ketiga masih besar. Lalu
multifinance karena tingkat konsumsi masyarakat belum pulih. "Karena itu dorongan jumlah penerbitan menjadi terbatas," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi