KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperlihatkan, penerbitan obligasi korporasi hingga Oktober 2017 telah mencapai angka Rp 137,05 triliun. Ini merupakan rekor baru dan sudah melampaui penerbitan sepanjang 2016 yang mencapai Rp 113,69 triliun. Hingga Oktober 2017, Pefindo mencatat penerbitan obligasi dari sektor bank dan pembiayaan mendominasi, masing-masing Rp 48,04 triliun dan Rp 27,04 triliun. Sementara jumlah emisi obligasi korporasi 2017 yang diberi peringkat oleh Pefindo mencapai Rp 113,71 triliun. Asal tahu saja, per 20 November 2017, Pefindo masih menerima mandat pemeringkatan obligasi korporasi dari 35 perusahaan yang belum di-listing, senilai Rp 26,8 triliun.
Direktur Pefindo Hendro Utomo mengatakan terealisasinya mandat tersebut bergantung dari perusahaan penerbit obligasi. "Mandat mungkin saja bisa terealisasi dan bisa juga tidak terjadi atau mundur jadi tahun depan," kata Hendro, Selasa (21/11). Berdasarkan mandat ini, Hendro memprediksi hingga akhir tahun penerbitan surat utang korporasi setidaknya bisa mencapai Rp 150 triliun. Yield menarik Tapi Pefindo memprediksi, di 2018 pertumbuhan penerbitan obligasi korporasi tak sekencang tahun ini. Alasannya, jumlah obligasi yang jatuh tempo di 2018 tidak sebesar jumlah obligasi korporasi yang jatuh tempo di 2017, yang mencapai Rp 80 triliun. Dus, Hendro memperkirakan, penerbitan obligasi korporasi tahun depan bisa mencapai Rp 155 triliun hingga Rp 158,5 triliun. Sektor perbankan dan pembiayaan diperkirakan masih akan mendominasi penerbitan obligasi korporasi tahun depan. Hendro melihat, ekonomi tahun depan akan tumbuh sesuai prediksi, sekitar 5,1%–5,4%. Inflasi dan suku bunga juga stabil. Permintaan obligasi juga masih tetap tinggi. Hal tersebut didukung aturan OJK yang mewajibkan institusi keuangan non bank berinvestasi di surat berharga negara (SBN). Kini, obligasi korporasi pelat merah yang bergerak di bidang infrastruktur sudah dianggap setara dengan surat utang negara (SUN). Di tengah kondisi yield obligasi Indonesia yang cenderung turun, analis memprediksi investor asing akan meningkatkan kepemilikannya di obligasi korporasi Indonesia pada tahun depan.
Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Robby Rushandie menjabarkan, yield SBN secara keseluruhan dalam tren menurun sejak awal tahun. Yield obligasi tenor pendek atau kurang dari empat tahun sudah turun sebesar 152 basis poin (bps). Sementara yield obligasi tenor menengah atau lima hingga tujuh tahun turun 135 bps. Lalu, yield obligasi tenor panjang atau di atas tujuh tahun turun sebesar 109 bps. Dalam situasi ini, Robby memprediksi permintaan obligasi korporasi akan lebih baik. Penyebabnya, yield obligasi korporasi jadi lebih atraktif di tengah tren penurunan yield SBN. "Institusi perbankan dan investor asing diprediksi akan meningkatkan kepemilikan di obligasi korporasi," kata Robby. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati