KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga obligasi sepanjang tahun 2025 tumbuh positif. Ini sejalan dengan tren penurunan suku bunga Bank indonesia yang ikut memangkas yield surat berharga negara (SBN).
Fixed Income & Macro Strategist Mega Capital Sekuritas, Lionel Priyadi mengatakan, penurunan suku bunga BI sebesar 125 basis poin (bps) di tahun ini memangkas yield SBN. Ditambah digelontorkannya likuiditas Kementerian Keuangan. “Likuiditas domestik yang tinggi akibat injeksi fiskal oleh Menteri Keuangan Purbaya dan penurunan suku bunga BI adalah penyebab utama yield turun tahun ini,” ujar Lionel kepada Kontan, Senin (22/12/2025).
Lionel memperkirakan prospek penerbitan SBN awal tahun depan akan didominasi oleh obligasi pemerintah yang berdenominasi valuta asing (valas). Hal ini karena SBN jatuh tempo SBN berdenominasi US dollar sebesar US$ 3,82 miliar pada kuartal I-2026.
Baca Juga: Industri Semen Diproyeksi Pulih pada 2026, Intip Prospek SMGR dan INTP Lionel memperkirakan yield SBN tenor 10 tahun di awal tahun depan akan terkoreksi karena inflasi. Tapi dia tidak merinci kisaran angka yield SBN 10 tahun di awal tahun depan. “Yield SBN (10 tahun) awal tahun depan rentan terkoreksi akibat ancaman inflasi,” ucap Lionel. Chief Economist Pefindo Suhindarto juga memperkirakan penerbitan SBN tahun 2026 akan relatif lebih tinggi dibanding tahun 2025 karena defisit APBN yang mengalami pelebaran. Selain itu, surat utang jatuh tempo meningkat dibandingkan tahun 2025. Jika melihat dari APBN di tahun depan target penerbitan SBN bisa mencapai Rp 1.585 triliun. Jumlah itu terdiri dari penerbitan SBN baru Rp 749,19 triliun dan surat utang jatuh tempo senilai Rp 836,2 triliun. Nilai itu lebih tinggi dibandingkan target 2025 yang secara bruto di Rp 1.342 triliun. “Kami melihat kalau di tahun depan penerbitan (SBN) dari pemerintah akan relatif cukup tinggi, tapi dengan permintaan dari domestik yang masih bisa menjadi buffer yang kuat untuk menyerap penerbitan dari pemerintah, yield nya masih akan cenderung terus mengalami penurunan,” ujar Suhindarto saat dikonfirmasi Kontan, Jumat (19/12/2025). Suhindarto memperkirakan yield ke depan masih akan melanjutkan penurunan seiring dengan suku bunga acuan yang masih berpotensi diturunkan kembali. Pefindo melihat Bank Indonesia (BI) masih punya ruang pemangkasan meski di tahun ini telah melakukan pemangkasan suku bunga 125 bps. “Tahun depan bisa jadi rentang suku bunga acuannya akan bergerak diantara 4%, 4,25%, sampai 4,5%, dengan asumsi kedepannya The Fed masih akan menurunkan suku bunganya satu kali lagi,” terang Suhindarto. Selain itu, Suhindarto menilai pasar surat utang pemerintah masih memiliki daya tarik karena peringkat sovereign Indonesia masih terus stabil di BBB dan imbal hasil yang tidak kalah dari negara peers di Asia.
Baca Juga: Diversifikasi Astra International (ASII) ke Sektor Kesehatan Dinilai Menjanjikan Suhindarto meyakini jika pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik lagi, premi risikonya mengalami penurunan, dan investor asing melihat bahwa prospek di pasar obligasi akan lebih baik, maka bukan tidak mungkin bahwa yield SBN bisa terus mengalami penurunan. “Dari sisi yield SBN 10 tahun, Pefindo berpandangan rentangnya antara 5,6% sampai 6,2% dengan titik tengah di 5,9%,” ucap Suhindarto. Suhindarto juga memproyeksikan dana asing di pasar obligasi masih akan terus masuk ke negara berkembang, termasuk salah satunya ke Indonesia. “Kami melihat bahwa investor asing masih bisa masuk ke pasar obligasi,” terang dia. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, strategi investasi obligasi di saat ketidakpastian masih tinggi, pendekatan yang lebih seimbang umumnya menggabungkan porsi SBN tenor pendek untuk menjaga likuiditas dan fleksibilitas. Serta porsi tenor menengah untuk menangkap penurunan suku bunga tanpa volatilitas setinggi tenor panjang.
“Investor yang aktif dapat memanfaatkan fase penurunan imbal hasil untuk realisasi keuntungan bertahap, lalu menunggu peluang masuk kembali ketika pasar terkoreksi, sementara investor yang lebih konservatif dapat fokus pada seri yang lebih sesuai untuk ditahan hingga jatuh tempo,” ujar Josua kepada Kontan, Jumat (19/12/2025).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News