KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyebutkan sampai dengan November 2024, penerbitan surat utang atau obligasi oleh industri perusahaan pembiayaan atau multifinance telah mencapai Rp 30,52 triliun. Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto menerangkan, untuk trennya sendiri, di tahun ini nilai penerbitan dari sektor multifinance relatif lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Di mana, per akhir November 2024, penerbitan dari sektor multifinance adalah sebesar Rp 30,52 triliun, yang mana relatif lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2023 lalu, yang bisa mencapai sekitar Rp 32 triliun
Baca Juga: OJK Catat Aset Perusahaan Pembiayaan Syariah Rp 33,31 Triliun Hingga Oktober 2024 “Memang di bulan Desember 2024 ini, pada pantauan kami akan ada 1 lagi perusahaan multifinance yang akan melakukan penerbitan, namun nilainya tidak akan sampai membuat totalnya lebih tinggi dibanding tahun lalu,” kata Suhindarto saat dihubungi Kontan, Jumat (13/12). Meskipun demikian, dia mengatakan bahwa sektor multifinance masih menjadi sektor yang menerbitkan surat utang korporasi terbesar di tahun ini. Yang mana distribusinya mencapai 23,4% dari keseluruhan penerbitan secara nasional. “Di mana hingga akhir November 2024 telah mencapai Rp130,18 triliun. Nilai tersebut berada di atas sektor-sektor lain, seperti Pulp dan Kertas, Lembaga Keuangan Khusus, Perusahaan Induk, serta Perbankan,” kata dia. Suhindarto menjelaskan, relatif lebih rendahnya penerbitan surat utang korporasi di tahun ini disebabkan oleh beberapa hal, yang pertama adalah suku bunga relatif masih tinggi, dan kedua adalah prospek permintaan yang masih tertekan. Menurut dia, dua faktor ini menjadi faktor utama yang akhirnya membuat kebutuhan pembiayaan dari sektor multifinance tidak sebesar di tahun lalu. Dia mengatakan, penurunan suku bunga acuan pada September 2024 hanya membuat suku bunga acuan berada di level seperti di awal tahun, yaitu pada 6%, yang mana posisi itu lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 lalu.
Baca Juga: OJK: 10 Fintech P2P Lending Belum Penuhi Ketentuan Ekuitas Minimum Rp 7,5 Miliar “Dengan kondisi suku bunga yang lebih tinggi, maka prospek pertumbuhan ekonomi dan permintaan masyarakat akan menjadi tertekan, sehingga pada gilirannya akan menekan bisnis multifinance,” ujarnya. Sementara itu, Suhindarto memprediksi bahwa prospek penerbitan surat utang dari sektor multifinance akan berada pada kondisi yang baik di tahun 2025 mendatang. Untuk itu, Pefindo berharap penerbitan surat utang dari sektor multifinance akan lebih besar di tahun depan. Ia mengatakan bahwa apabila mengacu nilai jatuh tempo, sektor multifinance memimpin dan menjadi sektor dengan nilai surat utang jatuh tempo yang begitu besar di tahun 2025 mendatang. Di mana nilainya mencapai Rp 29,7 triliun. Nilai tersebut relatif lebih besar dibandingkan dengan sektor lain seperti perbankan, pulp dan kertas, Lembaga keuangan khusus, serta pertambangan yang juga menjadi 5 sektor dengan jatuh tempo teratas. “Dari sini kita bisa melihat bahwa keperluan untuk melakukan
refinancing dari surat utang yang jatuh tempo dari sektor multifinance masih besar di tahun depan dan ini bisa menjadi katalis positif bagi penerbitan,” ungkapnya. Baca Juga: OJK Beri Sanksi 4 Multifinance dan 11 Fintech Lending pada November 2024 Selain itu, dia juga memperkirakan bahwa perekonomian akan tumbuh relatif lebih baik di tahun depan seiring dengan pelonggaran kebijakan moneter yang diharapkan akan berlanjut dan kebijakan fiskal pemerintah yang lebih ekspansif. Dengan begitu, akan mendorong permintaan agregat untuk tumbuh dan kemudian memperbaiki bisnis sektor multifinance. Ditambah, Suhindarto bilang, jika prospek bisnis lebih baik, maka penerbitan dari sektor multifinance diharapkan juga bisa meningkat.
Prospek Penerbitan Obligasi di Sejumlah Multifinance
Selaras dengan hal ini, PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM Finance) memprediksi, prospek penerbitan obligasi pada tahun 2025 akan cukup positif, terutama jika kondisi ekonomi domestik dan global mendukung kestabilan pasar dan suku bunga yang bersaing. Direktur Keuangan WOM Finance, Cincin Lisa, mengatakan untuk tahun 2025, WOM Finance berencana menerbitkan obligasi sebesar Rp 2 triliun, lebih besar dari tahun ini yang hanya sebesar Rp 1 triliun. Adapun hingga saat ini, WOM Finance telah menerbitkan obligasi penawaran umum berkelanjutan (PUB) V tahap I tahun 2024 senilai Rp 1 triliun.
Baca Juga: Jelang Nataru, OJK Belum Lihat Adanya Lonjakan Penyaluran Pembiayaan Fintech Lending Dia menjelaskan bahwa menerbitkan obligasi, WOM Finance utamanya akan melihat kondisi ekonomi domestik terkait kestabilan pasar dan suku bunga yang bersaing. Sedangkan terkait tren kupon obligasi WOM Finance, dia mengatakan hal itu akan bergantung pada kondisi pasar keuangan global dan regional, tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh bank, dan profil risiko perusahaan. Cincin menambahkan bahwa kupon obligasi mempengaruhi
cost of fund secara keseluruhan melalui pengaruhnya terhadap peringkat kredit, struktur modal, dan persepsi risiko pasar. "WOM Finance terus berusaha memperoleh sumber pendanaan dengan suku bunga yang baik untuk memberikan
cost of fund yang efisien," ujarnya kepada Kontan, Minggu (15/12). Beberapa perusahaan multifinance lainnya juga tercatat telah menerbitkan obligasi, seperti PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) yang menerbitkan dan menawarkan obligasi berkelanjutan VI Adira Finance tahap III tahun 2024 dengan jumlah pokok obligasi senilai Rp 1,60 triliun yang didistribusikan pada 3 Mei 2024. Head of Investor Relation & Research PT Adira Finance, Sartika Lubis menyebutkan selama tahun 2024, perusahaan telah menerbitkan Obligasi dan Sukuk sebanyak dua kali yaitu pada bulan Mei dan Oktober dengan total Obligasi yang diterbitkan sebesar Rp 3,6 triliun dan Sukuk yang diterbitkan sebesar Rp 400 miliar.
Baca Juga: Clipan Finance Proyeksikan Pembiayaan Dana Tunai Tumbuh pada 2025 Sartika mengatakan, untuk tahun 2025, atas rencana penerbitan obligasi dan sukuk, Adira Finance akan terus mengamati kondisi bisnis terkini dan kebutuhan pendanaan ke depannya. “Namun pada tahun-tahun sebelumnya, perusahaan biasanya menerbitkan obligasi sebanyak dua kali dalam satu tahun,” kata dia kepada Kontan, Jumat (13/12).
Selain itu, Sartika menuturkan bahwa seiring dengan adanya ekspektasi penurunan Fed Fund rate dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) di tahun depan, tentunya WOM Finance berharap terdapat peluang penurunan tingkat kupon di penerbitan obligasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .