Penerbitan surat utang korporasi bisa mencapai Rp 135 triliun hingga akhir tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau sempat melambat pada paruh pertama tahun ini, penerbitan surat utang korporasi dipercaya akan jauh lebih marak ketika memasuki semester kedua.

Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Salyadi Saputra menyebut, potensi ramainya penerbitan surat utang korporasi di semester kedua tahun ini tak lepas dari ekspektasi penurunan suku bunga acuan yang kian besar ditambah sentimen pemilu telah usai.

Tak heran, Pefindo menargetkan penerbitan surat utang korporasi hingga akhir tahun nanti bisa mencapai Rp 135 triliun. Optimisme tersebut diperkuat pula oleh perolehan mandat pemeringkatan obligasi yang diterima Pefindo tercatat sebesar Rp 37,12 triliun per 30 Juni lalu.


Mandat tersebut diharapkan dapat terealisasikan dalam 2-3 bulan ke depan. “Kalau bunga acuan jadi turun, mandat yang datang seharusnya bisa meningkat sehingga target penerbitan surat utang korporasi bisa tercapai,” papar dia.

Sekadar catatan, Pefindo mencatat nilai penerbitan surat utang korporasi di tahun lalu mencapai Rp 132,42 triliun. Adapun hingga semester pertama tahun ini, nilai penerbitan surat utang korporasi baru mencapai Rp 59,22 triliun.

Sementara itu, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto menilai, penurunan suku bunga acuan kelak akan mengurangi beban cost of fund perusahaan penerbit surat utang.

Apalagi, yield surat utang negara (SUN) sudah mengalami tren penurunan sebelum suku bunga acuan benar-benar terpangkas. Dengan sentimen seperti itu saja, seharusnya kupon surat utang korporasi juga ikut turun.

Dari situ diharapkan emiten-emiten akan lebih agresif menerbitkan surat utang korporasi di sisa tahun ini, terutama BUMN yang kerap merilis surat utang bernilai jumbo. “Perusahaan BUMN biasanya menerbitkan surat utang dengan nilai di atas Rp 1 triliun dalam sekali kesempatan,” ungkap dia, hari ini.

Dia menambahkan, karena sentimen suku bunga acuan yang tinggi perlahan pudar, tantangan yang tersisa dalam penerbitan surat utang di tahun ini berasal dari potensi perlambatan ekonomi global.

Jika sektor industri tertentu terkena dampak perlambatan ekonomi global, tentu akan mempengaruhi kemampuan emiten yang bersangkutan dalam menerbitkan surat utang korporasi. Alhasil, bisa saja penerbitan surat utang korporasi hanya akan dilakukan untuk kebutuhan refinancing, alih-alih ekspansi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati