KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) melaporkan bahwa penerbitan surat utang oleh industri multifinance mencapai Rp 13,24 triliun pada semester pertama tahun 2024. Analis Fixed Income Pefindo, Ahmad Nasrudin, menyebutkan bahwa jumlah tersebut merupakan yang terbesar dibandingkan sektor lainnya. Namun, nilai penerbitan surat utang oleh industri multifinance ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yang mencapai Rp 15,11 triliun. "Penurunan tersebut kontras dengan total penerbitan yang direalisasikan secara nasional, yang mana meningkat dari Rp 45,99 triliun di semester I-2023 menjadi Rp 61,29 trillun selama enam bulan pertama tahun ini," ujar Nasrudin kepada Kontan.co.id, Kamis (4/7).
Baca Juga: Multifinance Genjot Kontribusi dari Captive Market Menurut Nasrudin, terdapat dua faktor utama yang menyebabkan penurunan tersebut, yaitu suku bunga yang lebih tinggi dan jatuh tempo yang lebih rendah. Selain itu, tren pertumbuhan pembiayaan juga cenderung melambat dibandingkan akhir tahun lalu karena permintaan yang melemah. Suku bunga yang tinggi juga meningkatkan kupon yang harus dibayar, dan investor menuntut premi yang lebih tinggi karena peningkatan
leverage keuangan perusahaan multifinance akibat suku bunga yang tinggi. "Ketika suku bunga lebih tinggi, pendanaan multifinance melalui surat uang juga lebih rendah. Mereka mungkin lebih mengoptimalkan pendanaan melalui modal internal. Atau, mereka menerbitkan surat utang dengan jangka pendek sehingga ketika jatuh tempo dalam waktu dekat, bisa mereka biayai kembali dengan lebih murah ketika suku bunga mulai diturunkan oleh bank sentral," tambahnya. Pefindo juga mencatat bahwa surat utang multifinance yang jatuh tempo mencapai Rp 26,29 triliun pada tahun 2024. Dari jumlah tersebut, yang paling rendah adalah sebesar Rp 4,26 triliun pada kuartal I-2024. Akibatnya, penerbitan surat utang oleh multifinance selama periode ini relatif sepi. Bahkan, berdasarkan catatan Pefindo, tidak ada multifinance yang menerbitkan surat utang selama kuartal I-2024. Pertumbuhan multifinance juga cenderung melambat. Meskipun masih di atas dua digit, pertumbuhan multifinance hanya mencapai 12,2% YoY pada Maret 2024, lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 16,4% YoY.
Baca Juga: Multifinance Antisipasi Serangan Siber Nasrudin berharap penerbitan surat utang oleh multifinance sepanjang tahun 2024 setidaknya sama atau lebih tinggi dari tahun 2023 yang sebesar Rp 32,77 triliun. Hingga semester pertama tahun 2024, jumlahnya baru mencapai sekitar 40,40% dari total realisasi sepanjang tahun 2023.
"Saya berharap situasi ini akan mendorong penurunan kupon, sehingga menarik minat multifinance untuk mengakses pasar surat utang. Selain itu, suku bunga yang lebih rendah juga diharapkan dapat mendukung peningkatan permintaan terhadap jasa multifinance," lanjutnya. Situasi ini akhirnya berdampak pada kenaikan kupon surat utang. Misalnya, untuk tenor favorit 3 tahun, rata-rata kupon surat utang berperingkat AA naik dari 7,08% pada 2023 menjadi 7,25% pada semester I-2024. Sementara itu, untuk tenor satu tahun, persentasenya naik dari 6,08% menjadi 6,70%. Kemudian, untuk peringkat tertinggi, AAA, tenor satu tahun melihat kenaikan kupon dari 5,99% menjadi 6,40% untuk periode perbandingan yang sama. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .