Penerima Harga Gas Khusus Industri Diperluas, Pemerintah Tetap Evaluasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara soal rencana perluasan industri penerima manfaat Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk sejumlah kelompok indistri.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, dalam rencana perluasan tersebut, pihaknya tetap akan mengoptimalkan alokasi eksisting gas bumi program HGBT yang belum terserap.

"Kita sudah melakukan tahap I itu yaitu yang 7 industri itu yang US$ 6 yang tadinya dapat harga US$ 7 hingga US$ 9. Ini udah diberlakukan untuk 7 industri dan  jumlahnya juga cukup besar," ungkap Arifin kepada awak media di Kementerian ESDM, Jumat (4/8).


Baca Juga: Kementerian ESDM Kaji Opsi Perluasan Sektor Industri Penerima Harga Gas Bumi Tertentu

Menurut Arifin, saat ini terdapat rencana perluasaan sektor industri penerima manfaat HGBT. Untuk itu, pemerintah siap mendorong optimalisasi alokasi gas eksisting untuk HGBT sebesar 1.241,00 BBTUD yang belum terserap optimal oleh 7 sektor industri yang baru sebesar 85%.

"Uang menjadi catatan kita dari alokasi untuk 7 industri ini yang memanfaatkannya masih di bawah 85%, belum optimal ya. Jadi dari seluruh volume yang dialokasikan ini yang akan kita optimalkan dulu," kata Arifin.

Selain itu, pemerintah kini tengah mengevaluasi rantai bisnis gas bumi melalui pipa mulai dari sektor hulu. Evaluasi ini meliputi biaya produksi dari sumur gasnya.

Sejumlah negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam disebut menjadi acuan dalam pembentukan harga jual gas dari sisi hulu.

Menurutnya, sejumlah negara di Asia Tenggara memiliki harga gas yang lebih rendah dan bervariatif.

Adapun, demi menekan biaya dari sisi pengangkutan, pemerintah berencana menambah investasi pada pembangunan pipa sehingga biaya pembangunan yang biasa dibebankan ke ongkos angkut gas dapat ditekan.  

"Kita juga potong ongkos transportasinya, maka pemerintah yang akan bangun investasi pipeline. Ini kan juga capex yang bisa ditekan, otomatis harus turun karena investasinya sudah balik," kata Arifin.

Baca Juga: Konsumsi LPG Subsidi Terus Naik, LPG Non Subsidi Justru Turun 10% Tiap Tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat