Penerimaan di sektor kehutanan seret



JAKARTA. Target penerimaan negara tahun ini sepertinya semakin sulit tercapai. Pasalnya, selain penerimaan dari sektor perpajakan yang seret, sumber penerimaan lain yakni penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga melambat. Seretnya realisasi PNBP ini salah satunya terlihat di sektor kehutanan.

Berdasarkan data dari Kementerian Kehutanan (Kemhut), per Juli 2014 realisasi PNBP sektor kehutanan baru sekitar Rp 1,8 triliun. Penerimaan ini antara lain berasal dari PNBP dana reboisasi Rp 869,09 miliar, PNBP Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) Rp 410,72 miliar dan PNBP Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH) Rp 66,83 miliar.

Padahal, Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan Hadi Daryanto bilang, tahun ini pemerintah menargetkan PNBP kehutanan Rp 5,18 triliun. Artinya, realisasi PNBP sektor kehutanan hingga Juli 2014 baru sekitar 34,72% dari target. Menurut Hadi, rendahnya realisasi penerimaan PNBP ini diantaranya disebabkan ekonomi global khususnya Amerika Serikat dan Eropa yang belum membaik.


Maklum, selama ini, sebagian hasil hutan Indonesia diekspor ke beberapa negara di kawasan itu. Alhasil, "Kami hanya mengandalkan hasil PNBP kehutanan dari konsumsi lokal saja," katanya kepada KONTAN Rabu (27/8).

Rendahnya realisasi PNBP kehutanan ini juga dipicu lesunya PNBP dari dua sektor yakni PNBP dana reboisasi dan PNBP dari PSDH. Padahal, kata Hadi selama ini dua sektor ini menjadi motor utama PNBP sektor kehutanan.

Karena realisasinya masih rendah, Hadi pesimistis target penerimaan PNBP kehutanan yang dipatok pemerintah tahun ini bakal tercapai.

Herman Khaeron, Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berharap Kemhut serius menggenjot PNBP kehutanan. Pasalnya, tahun lalu realisasi PNBP sektor ini juga tak mencapai target.

Pada 2013 realisasi PNBP kehutanan Rp 3,64 triliun atau 84,83% dari target yang dipatok pemerintah Rp 4,29 triliun. "Ini perlu jadi pembicaraan serius. Kementerian harus mampu menyumbang penerimaan APBN," ungkap Herman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi