Penerimaan Masih Moncer, Keseimbangan Primer Surplus Rp 61,7 triliun Per Februari



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain mencatatkan surplus anggaran sebesar Rp 19,7 triliun, keseimbangan primer dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 juga mencetak keuntungan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, surplus keseimbangan primer dari awal tahun hingga akhir Februari 2022 sebesar Rp 61,7 triliun atau bahkan jauh lebih baik dari periode sama tahun lalu yang defisit Rp 22,9 triliun. 

“Kalau kita melihat, keseimbangan primer ini mencatatkan pembalikan yang luar biasa. Dengan dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, ada peningkatan hingga 366,1% yoy,” tutur Sri Mulyani via video conference, belum lama ini. 


Sri Mulyani menyebut, surplus kembar ini memang didorong oleh penerimaan negara yang cukup kuat. Hingga Februari 2022, pemerintah sudah mengantongi Rp 302,4 triliun. Pendapatan negara ini bahkan meningkat 37,7% yoy periode sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp 219,6 triliun. 

Baca Juga: Pemerintah Masih Susun Aturan Teknis Terkait Pajak Karbon

Pundi-pundi negara ini berasal dari penerimaan perpajakan sebesar Rp 256,2 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar 46,2 triliun. 

Di sisi lain, belanja negara hingga Februari 2022 tercatat Rp 282,7 triliun atau lebih rendah 0,1% yoy dari periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 282,9 triliun. “Penerimaan kuat, tetapi belanja memang tertahan. Namun, secara keseluruhan ini cukup baik,” jelas Sri Mulyani.

Ke depan, Sri Mulyani memandang pergerakan anggaran ini masih akan dinamis. Pasalnya, perjalanan masih cukup panjang sehingga capaian baik surplus anggaran maupun keseimbangan primer hingga Februari 2022 ini belum menggambarkan keseluruhan tahun 2022. 

Akan tetapi, dirinya bertekad akan tetap menjaga kesehatan APBN karena APBN ini merupakan salah satu tumpuan untuk melindungi masyarakat dari tantangan global, seperti peningkatan harga komoditas maupun tantangan lain yang memengaruhi kondisi perekonomian. 

“Dengan peningkatan harga komoditas tentu kami harus menyesuaikan belanja-belanja, terutama dalam bentuk subsidi. APBN masih akan menjadi tumpuan pemulihan ekonomi kita,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi