Penerimaan migas 2015 akan turun Rp 193 triliun



JAKARTA. Penurunan harga minyak mentah dunia diperkirakan bakal menyulut anjloknya penerimaan minyak dan gas bumi (migas) negara pada 2015. Penerimaan mias diperkirakan anjlok antara Rp 112 triliun hingga Rp 193 triliun dibandingkan 2014. 

Kepala Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudianto Rimbono mengatakan, tahun ini penerimaan migas bagian negara mencapai US$ 28,3 miliar atau setara dengan Rp 354 triliun.

"Namun, pada 2015, penerimaan migas bagian negara diperkirakan hanya US$ 12,9-19,4 miliar dolar AS atau Rp 161 triliun-Rp 243 triliun," katanya, Rabu (31/12).


Menurut dia, angka penerimaan pada 2015 tersebut dikarenakan asumsi harga minyak juga mengalami penurunan. Pada 2015, asumsi harga minyak yang digunakan berkisar antara US$ 65-85 per barel. Sementara realisasi harga minyak pada 2014 tercatat mencapai US$ 100,48 per barel.

Rudianto menambahkan, asumsi penerimaan pada 2015 lainnya adalah produksi minyak (lifting) 840.000-850.000 barel per hari dan gas 1,17-1,177 juta barel per hari. "Asumsi lainnya lagi adalah biaya operasi dan pengembangan US$ 18,6-19,5 miliar," katanya.

Pada 2014, lifting minyak tercatat 794.000 barel per hari dan gas 1,218 juta barel per hari.

Secara total, penerimaan migas pada 2015 mencapai US$ 52,7 miliar yang terdiri atas minyak US$ 28,9 miliar dan gas US$ 23,8 miliar.

Dari penerimaan minyak tersebut terdistribusikan ke negara US$ 17,02 miliar, biaya operasi yang dikembalikan (cost recovery) US$ 8,68 miliar, dan kontraktor US$ 3,18 miliar.

Sementara untuk gas adalah negara US$ 11,32 miliar, cost recovery US$ 7,23 miliar, dan kontraktor US$ 5,26 miliar. Dengan demikian, total bagian negara US$ 28,33 miliar, kontraktor US$ 8,43 miliar, dan cost recovery US$ 15,91 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa