Penetapan HET beras rugikan pengusaha kecil



JAKARTA. Penetapan harga eceran tertinggi alias HET beras yang dimuat dalam Peraturan Kementerian Perdagangan No 47/2017 sempat memicu pedagang dan penyuplai beras tidak beroperasi. Efeknya, sejumlah pedagang beras berskala kecil merugi.

Misalnya, Paryoto, salah satu produsen beras di Sregen, Jawa Timur, mengaku setelah kebijakan tersebut ditetapkan, banyak pedagang yang memilih untuk tidak beroperasi. Bahkan, ia mengaku tidak beroperasi selama sepekan. Padahal, biasanya dia mampu memproduksi 30-60 ton beras dalam sehari. Jika dihitung, kerugian yang ditimbulkan dalam seminggu dapat mencapai ratusan juta.

Tidak jauh berbeda, Ayong, salah satu pedagang di Pasar Induk Beras Cipinang mengaku, selama seminggu yang lalu, ia mencatatkan penurunan penjualan hingga 75%. “Saya biasanya bisa menjual 15 hingga 20 ton. Tapi, seminggu lalu hanya 5 ton. Pembeli juga sepi,” jelas Ayong, Senin (31/7).


Berbeda dengan Ayong dan Paryoto, pedagang yang memiliki usaha berskala lebih besar justru tidak terlalu terimbas. Andi Kerkep, pedagang beras di Kediri, Jawa Timur dan Elvis Alexander, karyawan di PT Dewa Tunggal Abadi mengaku, hanya terjadi penurunan pemasokan stok. Meski begitu, hal tersebut tidak mempengaruhi penjualan mereka, karena masih ada pasokan dari stok sebelumnya.

Bahkan, menurut penuturan Elvis, pasokan yang masuk masih berkisar 100 ton seperti biasanya.

“Seminggu kemarin tidak ada kerugian, masih stabil. Penjualan memang lesu. Tetapi kan saat itu pedagang tidak beroperasi hanya Jumat sampai Minggu saja. Hari ini sudah kembali normal,” jelas Andi.

Hal senada juga diakui Direktur PT Buyung Poetra Sembada Tbk, Budiman Susilo. Dia menyebut, meski sempat terjadi kelesuan di pasar, Buyung Poetra Sembada belum mencatatkan kerugian. “Kalau seminggu belum ada pengaruh, semuanya masih berjalan normal,” tutur Budiman.

Arief Prasetyo Adi, Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya juga mengatakan, meskipun terjadi penurunan pengiriman beras ke pasar induk, namun hal itu tidak terlalu berpengaruh terhadap pedagang. Pasalnya, menurut Arief, selisih beras yang masuk dengan barang keluar tidak terlalu jauh. “Stok harian PIBC sangat cukup, di atas 43.000 ton, dari batas 30.000 ton,” jelasnya.

Meski sempat terjadi keresahan di antara petani, penggilingan beras, serta pedagang, namun akhirnya Kemendag mencabut peraturan tentang penetapan HET beras. Sejak Senin (31/7), beberapa pedagang sudah beroperasi kembali. Di Pasar Induk Beras Cipinang misalnya, hari ini beras yang masuk sudah mencapai lebih dari 4.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini