Penetrasi minim, asuransi pariwisata belum berkembang pesat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk asuransi pariwisata masih belum banyak berkembang di Indonesia. Untuk mendorong pertumbuhan bisnis asuransi jenis ini, konsorsium asuransi pariwisata berupaya untuk meningkatkan penetrasi asuransi Jaga Wisata.

Chief Marketing Officer Jaga Diri Yuda Wirawan mengakui, penjualan jenis asuransi ini masih mengalami kendala. Hal tersebut lantaran peneterasi asuransi ini belum maksimal. 

Baca Juga: Asuransi wisata berikan kenyamanan dalam berwisata


Karenanya, "Saat ini kami masih berusaha berdiskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan(OJK) maupun Kementerian Pariwisata untuk meningkatkan peneterasi," ujarnya.

Sebenarnya, Yuda menilai potensi dari produk ini cukup besar. Namun, pihaknya masih kesulitan untuk memperkenalkan dan menjual produk secara masif kepada pelaku pariwisata.

Yang jelas, saat ini asuransi Jaga Diri dengan Jaga Wisata-nya telah bekerjasama dengan beberapa asosiasi pariwisata outdoor seperti lomba marathon, outdoor festival, dan panjat tebing.

Yuda mengakui pengguna polis asuransinya puas dengan nilai proteksi dan pelayanan dari asuransi pariwisata. 

Baca Juga: Konsorsium Asuransi Wisata bidik premi hingga Rp 10 miliar

Secara total, 1.000 orang telah mengakses proteksi yang diberikan Jaga Wisata. Sayangnya, ia enggan membeberkan berapa raihan premi yang telah dikumpulkan.

Yang pasti, sejak diluncurkan September 2018, konsorsium asuransi pariwisata mematok target premi sebesar Rp 10 miliar pada tahun 2019.

Asal tahu saja, konsorsium asuransi Jaga Diri terdiri dari perusahaan asuransi jiwa dan umum. Pelaku yang bergabung dalam konsorsium adalah PT Central Asia Finansial (Jagadiri), PT Asuransi Intra Asia, PT Asuransi FPG Indonesia, PT Asuransi Staco Mandiri, PT Asuransi Jasaraharja Putera, PT Equity Life Indonesia dan PT Asuransi Binagriya Upakara dan PT Asuransi Jiwa Central Asia Raya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi