KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun depan, Perum Bulog sudah tidak akan menyalurkan beras untuk rumah tangga miskin (raskin). Melihat hal ini, Pengamat Pertanian Husein Sawit berpendapat, Bulog harus menjaga keseimbangan pengadaan dan penyaluran gabah/beras supaya stok tidak terlalu banyak. Pasalnya, selama ini penyaluran beras Bulog masih didominasi oleh raskin. Menurut Husein, hal ini dilakukan karena berkaitan dengan biaya susut, penurunan mutu, serta biaya penyimpanan. Sementara, Bulog melakukan pembayaran dengan menggunakan kredit komersial. "Manakala Raskin tidak ada, maka penyaluran Bulog pincang, hanya bertumpu pada cadangan beras pemerintah yang berkisar 300.000 ton per tahun. Jumlah itu hampir sama dengan penyaluran raskin sebulan," ujar Husein kepada KONTAN, Minggu (3/11). Sebelumnya, Perum Bulog memperkirakan stok akhir beras berkisar 700.000 ton. Husein menilai, keputusan Bulog untuk memperkecil stok akhir sangat rasional sebagai sebuah perum. Husein pun berpendapat, bila nantinya Bulog diminta melakukan pengadaan lebih dari 3 juta ton, maka cadangan beras pemerintah haruslah ditingkatkan menjadi minimal 1,5 juta ton. "Tanpa itu, tahun depan pengadaan Bulog diperkirakan akan menurun, atau lebih rendah dari tahun ini," jelasnya. Husein menambahkan, apabila penyerapan Bulog menurun, maka hal itu akan berdampak buruk pada harga gabah di tingkat petani. Nantinya harga gabah di tingkat petani akan jauh lebih rendah khususnya pada musim panen raya mulai Februari hingga Mei. Dengan tidak adanya penyaluran beras raskin ini. Husein pun berpendapat bahwa permintaan beras medium melalui pasar akan meningkat. Hal ini dikarenakan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) pengganti raskin akan disalurkan melalui outlet swasta. Meski begitu, hal ini tak akan memberikan pengaruh yang besar terhadap permintaan beras premium. Hal yang sama pun disampaikan oleh Sukarto Bujung, Direktur Utama PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI). Menurutnya, penghentian penyaluran beras Bulog tak berpengaruh kepada produsen beras premium seperti HOKI dikarenakan raskin merupakan beras setara medium. Sukarto berpendapat, dengan membaiknya kemampuan ekonomi masyarakat Indonesia, maka permintaan atas beras premium akan turut meningkat. Meski begitu, dia berpendapat, persaingan bisnis beras premium di tahun mendatang akan tetap berjalan seperti biasa. "Mau seperti apa pun persaingannya, HOKI harus siap," ujar Sukarto. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pengamat: Bulog harus ketat jaga stok di 2018
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun depan, Perum Bulog sudah tidak akan menyalurkan beras untuk rumah tangga miskin (raskin). Melihat hal ini, Pengamat Pertanian Husein Sawit berpendapat, Bulog harus menjaga keseimbangan pengadaan dan penyaluran gabah/beras supaya stok tidak terlalu banyak. Pasalnya, selama ini penyaluran beras Bulog masih didominasi oleh raskin. Menurut Husein, hal ini dilakukan karena berkaitan dengan biaya susut, penurunan mutu, serta biaya penyimpanan. Sementara, Bulog melakukan pembayaran dengan menggunakan kredit komersial. "Manakala Raskin tidak ada, maka penyaluran Bulog pincang, hanya bertumpu pada cadangan beras pemerintah yang berkisar 300.000 ton per tahun. Jumlah itu hampir sama dengan penyaluran raskin sebulan," ujar Husein kepada KONTAN, Minggu (3/11). Sebelumnya, Perum Bulog memperkirakan stok akhir beras berkisar 700.000 ton. Husein menilai, keputusan Bulog untuk memperkecil stok akhir sangat rasional sebagai sebuah perum. Husein pun berpendapat, bila nantinya Bulog diminta melakukan pengadaan lebih dari 3 juta ton, maka cadangan beras pemerintah haruslah ditingkatkan menjadi minimal 1,5 juta ton. "Tanpa itu, tahun depan pengadaan Bulog diperkirakan akan menurun, atau lebih rendah dari tahun ini," jelasnya. Husein menambahkan, apabila penyerapan Bulog menurun, maka hal itu akan berdampak buruk pada harga gabah di tingkat petani. Nantinya harga gabah di tingkat petani akan jauh lebih rendah khususnya pada musim panen raya mulai Februari hingga Mei. Dengan tidak adanya penyaluran beras raskin ini. Husein pun berpendapat bahwa permintaan beras medium melalui pasar akan meningkat. Hal ini dikarenakan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) pengganti raskin akan disalurkan melalui outlet swasta. Meski begitu, hal ini tak akan memberikan pengaruh yang besar terhadap permintaan beras premium. Hal yang sama pun disampaikan oleh Sukarto Bujung, Direktur Utama PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI). Menurutnya, penghentian penyaluran beras Bulog tak berpengaruh kepada produsen beras premium seperti HOKI dikarenakan raskin merupakan beras setara medium. Sukarto berpendapat, dengan membaiknya kemampuan ekonomi masyarakat Indonesia, maka permintaan atas beras premium akan turut meningkat. Meski begitu, dia berpendapat, persaingan bisnis beras premium di tahun mendatang akan tetap berjalan seperti biasa. "Mau seperti apa pun persaingannya, HOKI harus siap," ujar Sukarto. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News