Pengamat: Capres saat beberkan kabinet bayangan



JAKARTA. Direktur Eksekutif Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) Dimas Oky Nugroho berharap kedua kubu capres-cawapres sudah mulai berani melempar ke publik daftar nama kabinet bayangannya masing-masing.Hal itu penting untuk mencegah politik dagang sapi dan tersanderanya pemerintahan baru nanti oleh kepentingan tarik-menarik partai politik sebagaimana pemerintahan sebelumnya.Selain itu, masyarakat juga bisa diyakinkan akan komitmen pemerintahan ke depan bukan lagi diisi oleh elit-elit partai semata namun lebih banyak dipenuhi oleh figur profesional yang berkapasitas dan berintegritas."Di tengah hingar-bingar kampanye hitam saat ini, apalagi memasuki masa debat antar capres-cawapres, baik Prabowo maupun Jokowi seharusnya sudah mulai berani dan transparan menyebutkan rencana konfigurasi nama-nama menteri yang akan duduk di kabinetnya sesuai dengan agenda dan platform," kata Dimas dalam keterangan persnya, Selasa (10/6).Dimas menjelaskan pilihan menteri harus berdasarkan pada kapasitas dan integritas anak bangsa terbaik. Selain itu anak-anak muda harus pula diberi ruang untuk terlibat dalam pemerintahan nanti. "Muda, bersih, idealis dan berkapasitas akan membawa harapan baru di mata rakyat," tambahnya.Dimas menuturkan, kabinet ke depan prinsipnya tidak mengharamkan kehadiran sosok-sosok kompeten berasal dari partai politik, bahkan dari partai lawan sekalipun, namun sosok profesional yang berprestasi harus dikasih ruang."Rapuhnya kabinet SBY menjadi pembelajaran. Pemerintahan baru nanti harus berpikir rekonsiliatif juga, melibatkan seluruh komponen terbaik bangsa karena tujuannya adalah betul-betul ingin membangun bangsa. Bukan konsensus politik atau power sharing semata," ucapnya.Dalam kacamata ARSC, lanjut Dimas, ketika kedua pasangan capres menyosialisasikan nama-nama yang akan dipertimbangkan masuk dalam kabinetnya, itu menjadi referensi tambahan yang bisa memengaruhi preferensi pilihan masyarakat."Porsi menteri di kabinet yang akan datang juga harus mengakomodasi anak muda profesional. Tantangan terbesar Indonesia ke depan adalah kompetisi global yang menuntut kreatifitas untuk bisa bersaing, dan anak muda memiliki kekuatan ide-ide segar yang idealis dan kreatif," tuturnya.Selain itu, Dimas merujuk ironi Partai Demokrat sebagai partai pemerintah sepuluh tahun terakhir yang relatif gagal melahirkan regenerasi kepemimpinan pasca SBY. "Pemerintahan baru nanti harus mampu melahirkan kader-kader baru untuk melanjutkan kepemimpinan nasional di masa depan," tandasnya. (Muhammad Zulfikar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Yudho Winarto