Pengamat: Dibutuhkan Kesiapan dari Sisi Fiskal Jika Subsidi BBM Beralih ke Pertamax



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membuka opsi mengalirkan subsidi ke Pertamax (RON 92) untuk meningkatkan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan oktan lebih tinggi dan rendah emisi.

Seperti diketahui, saat ini subsidi energi masih mengalir pada Pertalite (RON 90) sebagai Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP).

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai, dari sisi fiskal dibutuhkan kesiapan yang matang jika memang pertamax akan disubsidi pemerintah. Hal ini karena, dengan mensubsidi RON yang lebih tinggi tentu akan diperlukan biaya subsidi yang lebih besar untuk setiap liternya.


“Nah ini tergantung nanti yang akan diberikan subsidi berapa volumenya, namun tentu ada risiko secara nominal dibandingkan ketika memberikan subsidi kepada RON yang lebih rendah. Jadi ini yang harus diantisipasi dan disiapkan pemerintah,” tutur Komaidi kepada Kontan.co.id, Jumat (25/8).

Baca Juga: Cadangan Gas RI Disebut Hanya Bertahan Sampai 17 Tahun, Ini Kata Kementerian ESDM

Meski begitu, Komaidi sepakat jika jenis BBM ini diberikan subsidi oleh pemerintah. Karena akan berdampak lebih positif terhadap lingkungan. Selain itu, masyarakat juga bisa dengan leluasa menikmati BBM yang berkualitas dengan harga terjangkau.

“Daya beli juga bagus, lingkungan bagus. Tetapi ada risiko fiskal yang harus dihadapi. Saya kira kalau ini disiapkan dengan baik, sama-sama tahu mungkin ini akan lebih baik,” tambahnya.

Dia menduga, jika BBM jenis pertamax disubsidi maka opsi BBM yang disubsidi lainnya seperti pertalite akan di hapus. Sehingga kemungkinan masyarakat beralih ke pertamax akan sangat besar.

“Harapannya seperti itu, jadi mau tidak mau pasti akan pindah sebagian besar kesana (pertamax). Karena subsidi ini digulirkan kan dalam rangka menghapus RON 90, jadi kalau RON 90 tetap ada untuk apa kemudian memberikan subsidi ke RON 92,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari