JAKARTA. Sejak ditunjuk menjadi Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak pada awal 2016, kalangan pengamat dan pengusaha menilai kinerja Ken Dwijugiasteadi yang akan pensiun pada akhir tahun ini. Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo menyatakan, Ken sebagai Dirjen Pajak mungkin mewakili generasi terakhir model kepemimpinan di Ditjen Pajak yang biasanya diidentikkan sebagai orang "kuat" atau "orang lapangan". “Generasi ini dicirikan sebagai mereka yang mengalami era sebelum reformasi, zaman reformasi hingga saat ini. Dengan karier yang cemerlang, panjang, dan memiliki pengaruh kuat dan luas,” kata Yustinus kepada KONTAN, Kamis (10/8). Ia melanjutkan, setiap zaman punya tantangannya sendiri dan butuh kualifikasi pemimpin yang sesuai. Menurut Yustinus, Ken telah mengantarkan transisi ini. “Saya kira tugas Pak Ken memang mengantarkan transisi ini saja. Era baru institusi pajak yang egaliter, dinamis, penuh tantangan, berjiwa muda, fleksibel, integritas kuat, dan berbasis teknologi,” ujarnya. Meski begitu, bila dilihat dari sisi kinerja penerimaan, kepemimpinan Ken belum optimal lantaran dua tahun ini penerimaan tidak tercapai, bahkan tidak lebih baik dibanding 2015. Sementara sari sisi organisasi, menurut dia belum banyak gebrakan yang dilakukan untuk mentransformasi organisasi, malah terkesan kurang memberi perhatian. “Barangkali karena reformasi dikendalikan langsung oleh Menteri Keuangan,” ucapnya. Oleh karena itu, dirinya menyayangkan bahwa Ken tidak memanfaatkan leadership-nya. Padahal, menurut Yustinus, dengan modal senioritas dan pengalaman lapangan yang kaya, tidak terasa bahwa ada visi yang berbeda dan jelas, juga strategi dan arah yang fokus dan terukur. Nah, jika dikaitkan momentum, menurut Yustinus, tentu harus diakui bahwa tax amnesty yang cukup sukses ada di bawah kepemimpinan Ken. “Meski ada faktor-faktor lain seperti peran Presiden dan Menkeu,” kata dia. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bidang Hubungan Internasional dan Investasi Shinta Widjaja Kamdani menilai bahwa kepemimpinan Ken juga meninggalkan kesan, yakni program amnesti pajak. Pasalnya, Ditjen Pajak telah melakukan sosialisasi kepada pengusaha dan terbuka dalam awal penyususnan program tersebut. “Kami sangat menghargai kinerja beliau terlebih lagi saat program amnesti pajak kemarin,” ucapnya. Meski demikian, ada beberapa kebijakan dan pernyataan dari Ken yang menimbulkan keresahan, seperti menyalahkan pengusaha bila ada pegawai Ditjen Pajak yang melakukan korupsi. “Padahal banyak sekali pengusaha yang rajin bayar pajak, belum lagi rencana PTKP berdasarkan UMR,” kata Shinta. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pengamat: Dirjen Pajak mengantarkan transisi pajak
JAKARTA. Sejak ditunjuk menjadi Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak pada awal 2016, kalangan pengamat dan pengusaha menilai kinerja Ken Dwijugiasteadi yang akan pensiun pada akhir tahun ini. Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo menyatakan, Ken sebagai Dirjen Pajak mungkin mewakili generasi terakhir model kepemimpinan di Ditjen Pajak yang biasanya diidentikkan sebagai orang "kuat" atau "orang lapangan". “Generasi ini dicirikan sebagai mereka yang mengalami era sebelum reformasi, zaman reformasi hingga saat ini. Dengan karier yang cemerlang, panjang, dan memiliki pengaruh kuat dan luas,” kata Yustinus kepada KONTAN, Kamis (10/8). Ia melanjutkan, setiap zaman punya tantangannya sendiri dan butuh kualifikasi pemimpin yang sesuai. Menurut Yustinus, Ken telah mengantarkan transisi ini. “Saya kira tugas Pak Ken memang mengantarkan transisi ini saja. Era baru institusi pajak yang egaliter, dinamis, penuh tantangan, berjiwa muda, fleksibel, integritas kuat, dan berbasis teknologi,” ujarnya. Meski begitu, bila dilihat dari sisi kinerja penerimaan, kepemimpinan Ken belum optimal lantaran dua tahun ini penerimaan tidak tercapai, bahkan tidak lebih baik dibanding 2015. Sementara sari sisi organisasi, menurut dia belum banyak gebrakan yang dilakukan untuk mentransformasi organisasi, malah terkesan kurang memberi perhatian. “Barangkali karena reformasi dikendalikan langsung oleh Menteri Keuangan,” ucapnya. Oleh karena itu, dirinya menyayangkan bahwa Ken tidak memanfaatkan leadership-nya. Padahal, menurut Yustinus, dengan modal senioritas dan pengalaman lapangan yang kaya, tidak terasa bahwa ada visi yang berbeda dan jelas, juga strategi dan arah yang fokus dan terukur. Nah, jika dikaitkan momentum, menurut Yustinus, tentu harus diakui bahwa tax amnesty yang cukup sukses ada di bawah kepemimpinan Ken. “Meski ada faktor-faktor lain seperti peran Presiden dan Menkeu,” kata dia. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bidang Hubungan Internasional dan Investasi Shinta Widjaja Kamdani menilai bahwa kepemimpinan Ken juga meninggalkan kesan, yakni program amnesti pajak. Pasalnya, Ditjen Pajak telah melakukan sosialisasi kepada pengusaha dan terbuka dalam awal penyususnan program tersebut. “Kami sangat menghargai kinerja beliau terlebih lagi saat program amnesti pajak kemarin,” ucapnya. Meski demikian, ada beberapa kebijakan dan pernyataan dari Ken yang menimbulkan keresahan, seperti menyalahkan pengusaha bila ada pegawai Ditjen Pajak yang melakukan korupsi. “Padahal banyak sekali pengusaha yang rajin bayar pajak, belum lagi rencana PTKP berdasarkan UMR,” kata Shinta. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News