Pengamat: Dua tahun pertama masa sulit Jokowi-Ahok



JAKARTA. Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi School Government (SSSG) Fadjroel Rahman menilai, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi)- Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akan menghadapi masa kerja yang sulit selama dua tahun pertama. Dia beralasan, kedua pasangan ini harus membenahi sistem birokrasi.Catatan saja, berdasarkan hasil hitung cepat berbagai lembaga survei, pasangan Jokowi -Ahok ini memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala daerah DKI pada putaran kedua. Pasangan yang mengalahkan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli ini diperkirakan akan memenangkan pemilihan tersebut kendati belum ada hasil perhitungan suara resmi dari Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta.Fadjroel menyatakan, sistem birokrasi di pemerintahan Indonesia ibarat lumpur hisap. Istilah lumpur hisap merupakan istilah yang dipopulerkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur periode 1999-2001. "Jadi hal-hal yang baik dalam birokrasi kita langsung hilang," ujar Fadjroel dalam diskusi di 'Kejutan Pemilukada DKI Jakarta dan Harapan Baru di Gedung DPD, Jakarta, Jumat (21/9).Karenanya, Fadjroel berharap kemenangan sementara Jokowi-Ahok tidak dihambat dengan sistem birokrasi yang ada saat ini. Untuk itu, katanya, Jokowi-Basuki harus bisa mengakomodasi harapan-harapan publik yang begitu besar saat ini.Hal senada juga disampaikan oleh Dosen Komunikasi Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto. Menurutnya, selama ini di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta cenderung identik elitis. Dengan kemunculan Jokowi-Ahok ini, lanjut Gun Gun, masyarakat dapat memiliki harapan terhadap pemimpin yang humanistik. "Dengan masuk ke masyarakat paling bawah, ini menjadi kekuatan Jokowi," ujar Gun Gun.Gun Gun menambahkan, kemenangan Jokowi-Basuki ini akan menjadi panutan (role model) untuk Pemilu 2014. Namun, jika sampai adanya disonansi politik (pertentangan) antara gubernur dan wakil gubernur, katanya, hal itu akan mengganggu kinerja pemerintahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can