JAKARTA. Pengamat Energi Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) untuk jenis premium sebaiknya dikembalikan ke mekanisme pasar. Hal ini dilakukan untuk mengurangi beban masyarakat dan pemerintah. Komaidi menjelaskan, sejak subsidi dicabut, evaluasi harga premium yang dilakukan setiap tiga bulan sekali cukup memberatkan. Apalagi, jika harga keekonomian jauh di atas harga yang berlaku. "Kalau selisih antara harga yang berlaku dengan harga keekonomian Rp 300-Rp 500 per liter digeser ke (penyesuaian) harian, penyesuaian harganya tidak besar. Seperti pertamax," kata Komaidi kepada KONTAN, Senin (31/7).
Pengamat: Harga BBM kembalikan ke mekanisme pasar
JAKARTA. Pengamat Energi Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) untuk jenis premium sebaiknya dikembalikan ke mekanisme pasar. Hal ini dilakukan untuk mengurangi beban masyarakat dan pemerintah. Komaidi menjelaskan, sejak subsidi dicabut, evaluasi harga premium yang dilakukan setiap tiga bulan sekali cukup memberatkan. Apalagi, jika harga keekonomian jauh di atas harga yang berlaku. "Kalau selisih antara harga yang berlaku dengan harga keekonomian Rp 300-Rp 500 per liter digeser ke (penyesuaian) harian, penyesuaian harganya tidak besar. Seperti pertamax," kata Komaidi kepada KONTAN, Senin (31/7).