JAKARTA. Pengamat Politik Ari Junaedi melihat sosok Aburizal Bakrie susah dan berat untuk dijual di pilpres 9 Juli mendatang. Ari pun menyarankan agar Ical sapaan akrab Aburizal Bakrie tidak terlalu memaksakan diri berlaga di pilpres."Buat apa terlalu memaksakan diri berlaga di Pilpres jika hasil akhirnya pun bisa ditebak, yakni kalah. Partai yang diajak menjadi mitra koalisi saja merasa keberatan jika Ical diposisikan sebagai nomor 1 karena secara realitas politik dan marketing politik, nama Ical susah dan berat untuk dijual," ujar Ari, Minggu(4/5/2014).Menurut Ari, meski Ical ditempatkan di nomor dua sebagai cawapres tetap ketua umum partai Golkar itu rentan dan bisa menjadi sasaran tembak lawan politik. "Ical saatnya menjadi King Maker dan layak mencontoh langkah Megawati Soekarnoputeri dari PDIP yang mendorong anak muda sebagai capres," kata Ari.Kini, lanjut Ari partai Golkar harus segera mengambil keputusan cepat terkait pilpres dengan tidak mencalonkan Ical sebagai capres atau cawapres. Karena jika tidak, ia khawatir partai Golkar akan ketinggalan langkah dari partai lainnya."Saya khawatir, jika Golkar tidak mengambil langkah cepat dan taktis maka akan tertinggal jauh dengan partai-partai lain. Ibarat parpol lain sudah sampai garis finish dan mengantarkan kadernya sebagai presiden ke Istana, Golkar masih sibuk mencari sepatu untuk berlari. Itupun masih ribut dengan ukuran sepatu yang akan dipilihnya,"ujarnya.Sebelumnya, organisasi-organisasi sayap Partai Golkar seperti MKGR, Soksi, Satkar Ulama, AMPG, KPG dan Kosgoro misalnya meminta pencapresan Ical segera dievaluasi. Kegagalan Golkar di pemilu lalu dinilai sudah lebih dari cukup untuk menyudahi langkah Ical sebagai capres. (Srihandriatmo Malau)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pengamat: Ical susah dijual di Pilpres
JAKARTA. Pengamat Politik Ari Junaedi melihat sosok Aburizal Bakrie susah dan berat untuk dijual di pilpres 9 Juli mendatang. Ari pun menyarankan agar Ical sapaan akrab Aburizal Bakrie tidak terlalu memaksakan diri berlaga di pilpres."Buat apa terlalu memaksakan diri berlaga di Pilpres jika hasil akhirnya pun bisa ditebak, yakni kalah. Partai yang diajak menjadi mitra koalisi saja merasa keberatan jika Ical diposisikan sebagai nomor 1 karena secara realitas politik dan marketing politik, nama Ical susah dan berat untuk dijual," ujar Ari, Minggu(4/5/2014).Menurut Ari, meski Ical ditempatkan di nomor dua sebagai cawapres tetap ketua umum partai Golkar itu rentan dan bisa menjadi sasaran tembak lawan politik. "Ical saatnya menjadi King Maker dan layak mencontoh langkah Megawati Soekarnoputeri dari PDIP yang mendorong anak muda sebagai capres," kata Ari.Kini, lanjut Ari partai Golkar harus segera mengambil keputusan cepat terkait pilpres dengan tidak mencalonkan Ical sebagai capres atau cawapres. Karena jika tidak, ia khawatir partai Golkar akan ketinggalan langkah dari partai lainnya."Saya khawatir, jika Golkar tidak mengambil langkah cepat dan taktis maka akan tertinggal jauh dengan partai-partai lain. Ibarat parpol lain sudah sampai garis finish dan mengantarkan kadernya sebagai presiden ke Istana, Golkar masih sibuk mencari sepatu untuk berlari. Itupun masih ribut dengan ukuran sepatu yang akan dipilihnya,"ujarnya.Sebelumnya, organisasi-organisasi sayap Partai Golkar seperti MKGR, Soksi, Satkar Ulama, AMPG, KPG dan Kosgoro misalnya meminta pencapresan Ical segera dievaluasi. Kegagalan Golkar di pemilu lalu dinilai sudah lebih dari cukup untuk menyudahi langkah Ical sebagai capres. (Srihandriatmo Malau)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News