KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kampanye akbar yang dilakukan pasangan calon presiden 02 Prabowo Subianto di Gelora Bung Karno (GBK) pada Minggu (7/4) menyisakan sejumlah tanda tanya bagi publik. Salah satunya, peristiwa salat subuh berjamaah yang bercampur aduk, antara laki-laki dan perempuan. Juga, politik identitas, yang dipertontonkan dengan arogan dengan cara unjuk kekuatan. Direktur Ekskutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai, potret salat subuh berjamaah yang dilakukan Minggu (7/4), di mana bercampur antara laki-laki dan perempuan, sementara di sisi yang lain, kelompok mereka selalu gembar-gembor mengangkat kesucian Islam, tetapi dengan gambaran campur aduknya salat subuh, itu justru mengafirmasi, dugaan-dugaan, bahwa berbagai kegiatan agama, simbol-simbol agama sangat melekat terlihat, dan digunakan untuk kepentingan politik praktis dan kekuasaan.
Pengamat IPI: Politik identitas tak cocok dengan karakter Indonesia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kampanye akbar yang dilakukan pasangan calon presiden 02 Prabowo Subianto di Gelora Bung Karno (GBK) pada Minggu (7/4) menyisakan sejumlah tanda tanya bagi publik. Salah satunya, peristiwa salat subuh berjamaah yang bercampur aduk, antara laki-laki dan perempuan. Juga, politik identitas, yang dipertontonkan dengan arogan dengan cara unjuk kekuatan. Direktur Ekskutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai, potret salat subuh berjamaah yang dilakukan Minggu (7/4), di mana bercampur antara laki-laki dan perempuan, sementara di sisi yang lain, kelompok mereka selalu gembar-gembor mengangkat kesucian Islam, tetapi dengan gambaran campur aduknya salat subuh, itu justru mengafirmasi, dugaan-dugaan, bahwa berbagai kegiatan agama, simbol-simbol agama sangat melekat terlihat, dan digunakan untuk kepentingan politik praktis dan kekuasaan.