Pengamat: IPO Gojek-Tokopedia hanyalah soal waktu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah Gojek dan Tokopedia untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dinilai hanya soal waktu, pasca terbentuknya perusahaan bernama GoTo hasil gabungan dari PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) dan PT Tokopedia.

Direktur Eksekutif ICT Institute, sekaligus pengamat teknologi Heru Sutadi mengungkapkan, kedua perusahaan raksasa tersebut pasti akan mengarah ke IPO jika sinergi keduanya telah berjalan lancar.

"IPO bagi perusahaan digital seperti Gojek-Tokopedia yang sudah bergabung hanya soal waktu. Ujungnya pasti akan mengarah ke sana," ujarnya saat dihubungi Kontan, Senin (17/5).


Ia melanjutkan, untuk saat ini langkah yang dilakukan oleh Gojek dan Tokopedia masih akan mensinergikan bisnisnya dalam GoTo.

Baca Juga: Tokopedia-Gojek merger, OVO masih berkomitmen jadi metode pembayaran di Tokopedia

Hal ini, dinilai Heru, akan terus dilakukan hingga beberapa waktu ke depan hingga GoTo berjalan lancar dan bertumbuh. Ia menilai, saat ini kondisi masih dinilai kompleks bagi keduanya dari sisi ekonomi.

"Sampai GoTo berjalan lancar dan tumbuh, keduanya baru akan bersiap IPO. Sebab kalau sekarang IPO tentu akan sangat kompleks masalahnya karena baru gabung. Apalagi pandemi ini juga merupakan tantangan berhitung ekonomis, adakah nanti saham diminati banyak orang dengan harga maksimal," ujarnya.

Sementara itu, Gojek dikabarkan akan IPO di tahun ini. Diperkirakan, valuasi perusahaan Gojek setelah merger dengan Tokopedia akan menghasilkan nilai kapitalisasi pasar senilai US$35 miliar sampai dengan US$40 miliar atau kisaran Rp490 triliun - Rp560 triliun dengan kurs Rp14.000 per US$.

Jika target dana yang dihimpun dalam IPO sebesar 10% dari valuasi keduanya, maka nilainya mencapai Rp49 triliun sampai dengan Rp56 triliun.

Sebagai informasi, Grup GoTo sendiri juga memiliki daftar investor blue-chip seperti Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa dan Warburg Pincus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto