Pengamat: Kisruh soal beras berasal dari data yang tak akurat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kisruh data yang tak akurat terkait produksi beras dinilai menjadi biang keladi kisruhnya isu soal beras. Kementerian Pertanian (Kementan) dinilai menjadi pihak yang bertanggung jawab dari melonjaknya harga beras di awal tahun.

Pengamat Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas mengatakan, klaim Kementan yang menyatakan adanya surplus beras sebanyak 17,6 juta pada akhir 2017 lalu, membuat pemerintah terlena.

“Karena datanya kacau balau, tidak akurat, yang menyebabkan tata kelola pangan kita menjadi kacau balau pula,” ujarnya melalui keterangannya, Senin (5/2).


Kementan berkali-kali menyatakan produksi beras nasional tercatat surplus. Padahal, Direktur Utama Bulog, Djarot Kusumayakti sendiri mengungkapkan, stok Bulog memang sudah terlihat mulai menurun sejak Desember 2017.

Hingga saat ini, posisinya terus menurun dan hanya berada di angka 700 ribu ton per 4 Februari 2017. “Kami sudah melaporkan kepada kementerian-kementerian terkait sejak November kemarin soal stok beras ini. Ke Kemenko Perekonomian, ke Kementerian Pertanian, juga ke Kementerian Perdagangan” tutur Djarot.

Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo pun senada. Ia menyatakan, ketersediaan beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sendiri tercatat terus mengalami penurunan. Posisi stok Minggu (4/2), berada pada angka 22.707 ton perhari, seperti dilansir Antara. Padahal, dalam kondisi normal rata-rata stok beras berkisar pada 25.000-30.000 ton per hari.

Kondisi penurunan stok inilah yang menjadi alasan Kementerian Perdagangan memutuskan mengimpor 500 ribu ton beras yang didatangkan dari Vietnam dan Thailand pada akhir Januari. Keputusan ini diambil sebagai upaya menutupi kebutuhan konsumsi sekitar 2,4 hingga 2,5 juta ton per bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto