SURABAYA. Sikap mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, yang mencla-mencle, berbohong, dan buka-tutup mulut, menunjukkan bahwa dia sebenarnya hanya pion yang dimainkan untuk skenario besar."Skenario itu nantinya bermuara pada restrukturisasi partai, yaitu siapa yang harus bertahan, siapa yang harus disingkirkan," kata Hotman M Siahaan, guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya, Sabtu (10/9/2011).Menurut Hotman, sikap Nazaruddin itu merupakan tarik ulur terhadap perkembangan kasusnya, dan menjadi bagian dari posisi tawar dia. Banyak pihak yang terlibat dengan permainan Nazaruddin ini karena melibatkan partai, DPR, dan pemerintahan.Sikap Nazaruddin itu misalnya saat dia tiba-tiba minta menghadap Komite Etik KPK. Padahal, ketika dipanggil, dia tidak mau.Ternyata ketika diperiksa Komite Etik KPK, dia kembali melakukan skenario sikap itu. Di antaranya mengaku memberi uang kepada Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah, tetapi tidak tahu berapa jumlah yang diberikan. Ia juga tidak bisa menujukkan bukti, termasuk rekaman CCTV. Ketua Komite Etik KPK Abdullah Hehamahua lalu menilai Nazaruddin berbohong.Hotman mengingatkan agar KPK tidak terjebak dengan skenario di belakang Nazaruddin. Salah satu tujuan skenario itu adalah memperlemah dan merendahkan KPK. Misalnya, ia memminta agar dipindah dari ruang tahanan Brimob Kelapa Dua ke LP Cipinang."Kalau kemauan itu dituruti, berarti KPK direndahkan. Selain itu, apa jaminan kalau dipindah ke LP Cipinang dia mau berbicara blak-blakan dan jujur. Jangan-jangan setelah dituruti, dia akan memasang syarat lagi," katanya. (Anwar Hudijono/Kompas.com) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pengamat: Nazaruddin itu hanya pion
SURABAYA. Sikap mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, yang mencla-mencle, berbohong, dan buka-tutup mulut, menunjukkan bahwa dia sebenarnya hanya pion yang dimainkan untuk skenario besar."Skenario itu nantinya bermuara pada restrukturisasi partai, yaitu siapa yang harus bertahan, siapa yang harus disingkirkan," kata Hotman M Siahaan, guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya, Sabtu (10/9/2011).Menurut Hotman, sikap Nazaruddin itu merupakan tarik ulur terhadap perkembangan kasusnya, dan menjadi bagian dari posisi tawar dia. Banyak pihak yang terlibat dengan permainan Nazaruddin ini karena melibatkan partai, DPR, dan pemerintahan.Sikap Nazaruddin itu misalnya saat dia tiba-tiba minta menghadap Komite Etik KPK. Padahal, ketika dipanggil, dia tidak mau.Ternyata ketika diperiksa Komite Etik KPK, dia kembali melakukan skenario sikap itu. Di antaranya mengaku memberi uang kepada Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah, tetapi tidak tahu berapa jumlah yang diberikan. Ia juga tidak bisa menujukkan bukti, termasuk rekaman CCTV. Ketua Komite Etik KPK Abdullah Hehamahua lalu menilai Nazaruddin berbohong.Hotman mengingatkan agar KPK tidak terjebak dengan skenario di belakang Nazaruddin. Salah satu tujuan skenario itu adalah memperlemah dan merendahkan KPK. Misalnya, ia memminta agar dipindah dari ruang tahanan Brimob Kelapa Dua ke LP Cipinang."Kalau kemauan itu dituruti, berarti KPK direndahkan. Selain itu, apa jaminan kalau dipindah ke LP Cipinang dia mau berbicara blak-blakan dan jujur. Jangan-jangan setelah dituruti, dia akan memasang syarat lagi," katanya. (Anwar Hudijono/Kompas.com) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News