KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program restrukturisasi Jiwasraya saat ini terus berlangsung dan semakin mendekati tenggat waktu di akhir bulan ini. Tim percepatan restrukturisasi Jiwasraya terus berupaya mendorong nasabah untuk mengikuti program tersebut yang saat ini masih belum 100%. Meskipun percepatan restrukturisasi terus dilakukan, pro dan kontra terhadap skema yang ditawarkan masih saja berlangsung. Hanya saja, opsi restrukturisasi tetap dilakukan karena opsi tersebut dinilai merupakan yang terbaik dibandingkan dengan opsi lainnya. Pengamat Badan Usaha Milik Negara dari Universitas Indonesia Toto Pranoto mengakui bahwa opsi restrukturisasi ini memang langkah terbaik yang harus dilakukan. Terlebih, karena pemerintah juga mendirikan IFG Life yang mendapatkan suntikan dana dari pemerintah sebanyak Rp 20 triliun.
“Pemegang polis ex Jiwasraya yang setuju migrasi ke IFG Life akan memiliki harapan lebih baik untuk pengembalian investasi. Asumsinya prospek bisnis IFG Life bisa dieksekusi dengan optimal sehingga return yang dihasilkan entitas baru ini juga cukup besar,” kata dia kepada Kontan.co.id. Toto bilang, dengan dukungan sinergi BUMN, IFG Life akan memiliki potensi pasar yang lebih besar. Tentunya, ia berharap ada pilihan pengelola yang profesional dan mengedepankan prinsip GCG agar sustainibilty perusahaan dapat terjaga. Baca Juga: Ikut restrukturisasi Jiwasraya, simak cerita para nasabah Selain itu, Toto menyebutkan bahwa nasabah pemegang polis Jiwasraya yang tidak mau berpindah ke IFG Life masih bisa memiliki opsi untuk pengembalian investasi. Hanya saja, ia menilai wajar jika jumlahnya terbatas karena aset jiwasraya yang terbatas pula.