Pengamat otomotif: tren motor negara lain menurun



Rencana PT Astra Honda Motor (AHM) mengekspor sepeda motor adalah peluang untuk memperluas pasar sepeda motor yang diproduksi di Indonesia ke luar negeri. Namun apakah Indonesia layak menjadi basis ekspor? Soehari Sargo,pengamat otomotif berpendapat meski Grup Astra, induk AHM, adalah pemain besar di Tanah Air, menurutnya perrusahaan tersebut tetap perlu menghitung kapasitas dan kualitas produksinya.

Kualifikasi tersebut penting sebagai bekal menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Ketika keran perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara kelak dibuka, arus ekspor dan impor akan makin mudah.

Di satu sisi, tentu ini adalah peluang positif, termasuk di pasar sepeda motor. "Malah, kita juga berpeluang menandingi agresivitas ekspor motor dari China yang merembesi pasar sepeda motor di Asia Tenggara," ujar Soehari kepada KONTAN, (1/7).


Menurut hitung-hitungan kasar Soehari , pasar roda dua di kawasan ini sekitar 10 juta - 11 juta unit sepeda motor setahun. Dari jumlah tersebut, pasar sepeda motor Indonesia hingga tujuh juta unit kendaraan.

Jadi kalau Indonesia bisa menggenjot produksi, kita berpeluang untuk memenuhi sisa kebutuhan pasar Asia Tenggara sekitar tiga juta unit kendaraan tadi. Setelah Indonesia, ceruk pasar sepeda motor di Asia Tenggara disusul Vietnam, Filipina, Thailand dan negara lain.

Namun, peluang positif juga dibarengi dengan tantangan. "Kita perlu waspada bahwa tren kebutuhan sepeda motor di negara-negara lain itu sebenarnya mulai menurun," kata Soehari.

Hal ini terjadi karena para negara tetangga mulai serius menyediakan angkutan umum yang lebih baik. Tak ayal, masyarakat di sana mulai mengandalkan transportasi umum.

Bandingkan dengan pola masyarakat di Indonesia. Lantaran transportasi umum dan jalan raya belum mendukung, masyarakat Indonesia masih banyak yang memilih mengendarai sepeda motor. Dengan kata lain, rencana AHM memperbesar kapasitas produksi untuk kebutuhan ekspor, pada akhirnya bisa jadi diserap pasar domestik juga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina