Pengamat: Peluang BI naikkan suku bunga di RDG hari ini hanya 50%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) merilis pernyataan terkait kenaikan suku bunga dalam rapat kebijakan moneter yang digelar hari ini.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengakui bahwa depresiasi rupiah tidak lagi sejalan dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini. Selain itu, BI juga mengatakan memiliki ruang yang cukup besar untuk menyesuaikan suku bunga kebijakan (7 Day Reverse Repo Rate).

Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Taye Shim menyebut, peluang BI naikkan suku bunga di rapat dewan gubernur (RDG) hari ini hanya 50%. Sebab, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2018 berada di bawah ekspektasi.


“Kegiatan domestik dapat terhambat oleh pengetatan moneter. Kami berharap ini menjadi perdebatan kunci pada RDG bulan Mei,” ujar Taye dalam risetnya yang dikutip Kontan.co.id, Kamis (17/5).

Dia menyebut, selain dengan pertumbuhan melambat, BI juga cenderung terdesak waktu. Oleh karena itu, diperkirakan RDG kali ini akan menjadi pintu keluar yang tenang oleh Agus Martowardojo dan pintu masuk yang dramatis bagi Perry Warjiyo.

“Namun, kami melihat peluang yang sama dari bank sentral Indonesia menaikkan suku bunga pada RDG Juni (27-28 Juni),” ujar Taye.

Beda pandangan, Ekonom sekaligus Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perbanas Aviliani mengatakan, memang sudah saatnya suku bunga dinaikkan oleh BI. Ia menyebut, idealnya, suku bunga dinaikkan sebanyak 50 basis poin (bps).

“Karena kalau hanya 25 bps, kita sudah terlambat (menaikkan). Kalau 50 bps, paling tidak menahan untuk capital outflow. Paling tidak kita juga sudah lihat kira-kira kenaikan suku bunga The Fed,” kata Aviliani.

“Paling tidak, kalau dinaikkan sampai 50 bps itu sudah cukup bagus untuk menahan rupiah," imbuh Aviliani.

Menurut Aviliani, di sisi lainnya, untuk menambah cadangan devisa, perlu ada pertimbangan pinjaman bilateral. Hal ini untuk meredam kepanikan pihak-pihak yang memiliki utang luar negeri.

“Jadi, ini juga mungkin perlu diatur supaya orang tidak panik sehingga hanya butuh dollar AS sesuai kebutuhannya saja. Biar tidak saking takutnya borong duluan,” ucap Aviliani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi