Pengamat Pertanian Nilai Tak Perlu Impor untuk Penuhi Cadangan Beras Pemerintah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang ada di Bulog kini masih 651.437 ton per 13 November 2022. Artinya CBP berada di bawah target yang seharusnya ditetapkan.

Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, untuk mencapai target CBP, Bulog dapat 'memindahkan' stok pedagang dan penggilingan. Hal tersebut dilakukan dengan dengan kontrak beli.

Baca Juga: Harga Beras Naik, Kementan Klaim Pasokan Cukup untuk Kebutuhan Nasional


"Stok fisik itu tidak harus dipindah secara fisik, tapi tetap di gudang pedagang dan penggilingan agar tidak boros dalam biaya angkutan dan sewa gudang. Ketika stok itu perlu untuk operasi pasar, baru dialirkan ke lokasi operasi pasar," kata Khudori, Minggu (20/11).

Dengan demikian, Khudori menegaskan bahwa tak memerlukan kebijakan impor untuk penuhi CBP. Beras yang dibeli Bulog lewat kontrak beli tersebut bukan berarti harus digunakan untuk operasi pasar langsung.

Melainkan dengan kontrak tersebut, pemerintah bisa memastikan memiliki stok CBP memadai. Maka dampaknya, psikologi pasar akan terjaga, sehingga harga tidak akan bergejolak.

"Ini perlu duduk bareng, ngopi-ngopi bareng di antara mereka. Karena ini pertaruhannya adalah negara. Mestinya pedagang dan penggilingan mau," imbuhnya.

Sebelumnya Bulog mengatakan bahwa pihaknya belum dapat maksimal menyerap gabah/beras. Hal tersebut lantaran ketersediaan barang di lapangan yang sangat terbatas. Pun dengan fleksibilitas harga yang sempat diberikan pemerintah, Bulog masih belum maksimal melakukan top up CBP.

Baca Juga: Kata Ekonom Celios Soal Menipisnya Stok Beras

Soal fleksibilitas, Khudori mengatakan bahwa kebijakan tersebut justru akan makin mengerek harga di lapangan. Pasalnya fleksibilitas harga malah akan diikuti oleh harga pasar.

"Fleksibilitas itu kebijakan yang salah. Karena harga fleksibilitas pasti akan diikuti pasar. Ujung-ujungnya Bulog tetap gak dapat barang. Tapi harga sudah telanjur naik," ungkap Khudori.

Menurutnya, saat ini masih ada panen di Sulawesi Selatan dan sebagian kecil di Jawa Timur. Namun, secara keseluruhan jumlahnya tidak banyak lantaran saat ini musim paceklik.

Dengan kondisi tersebut wajar jika tidak mudah membeli beras/gabah di pasar. Khudori menyebut, lantaran pembeli bukan hanya Bulog, tapi juga ada pedagang dan penggilingan.

"Pedagang dan penggilingan jauh lebih powerfull. Selain punya kaki dan tangan hingga ke petani, mereka biasanya memberi uang panjar atau DP di awal. Agar petani mau menyetorkan gabah/berasnya ke mereka," kata Khudori.

Namun, Bulog juga diminta tidak agresif masuk ke pasar untuk berebut beras/gabah dengan pedagang dan penggilingan. Masalahnya jika hal ini dilakukan Bulog, akan berimbas pada harga yang akan semakin tinggi.

Baca Juga: Badan Pangan Nasional Kejar Target Stok Beras Bulog 1,2 Juta Ton

"Itu hanya akan membuat stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Bulog yang hanya 650-an ribu ton akan keluar/terkuras lebih deras. Inilah masalah krusial saat ini, di satu sisi Bulog melakukan pengadaan untuk memperbesar CBP, di sisi lain harus meredam pasar dengan operasi pasar atau KPSH agar harga tidak semakin tinggi. Aktivitas pengadaan bersamaan dengan penyaluran ini sebenarnya tidak benar," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto