Pengamat: Perusahaan BUMN perlu dukungan pemerintah untuk penguatan daya saing



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 juga berdampak pada kinerja dari perusahaan plat merah atau BUMN Indonesia. Peneliti BUMN Research Group (BRG) Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, sekaligus Pengamat BUMN Toto Pranoto, menuturkan dari estimasi yang dihitung pihaknya.

Pada 2020 dari riset BRG estimasi, dampak Covid-19 kepada 20 BUMN terbesar dari sisi pendapatan, jika dibandingkan kuartal ketiga 2019 dengan 2020 terjadi penurunan pendapatan sebesar -7,5%. Kemudian jika dilihat dari sisi pendapatan fiscal years 2019 dibandingkan fiscal years 2020 terjadi penurunan hampir -3,4%.

Namun Toto menyebut dibandingkan pendapatan, penurunan lebih besar justru terjadi pada laba bersih.


"Dampak terbesar adalah pada saat kita melihat laba bersih dimana penurunannya jauh lebih tinggi dibanding dampak dari penurunan pendapatan. Di kuartal ketiga dibandingkan turun hampir 28%, dibandingkan fiscal years tahun 2019 diperbandingkan projected fiscal years 2020 turunnya hampir 25%," kata Toto dalam Webinar Universitas Indonesia 'Prospek BUMN 2021 dalam lokomotif PEN dan SWF' pada Kamis (4/3).

Berkaca pada hasil riset tersebut Toto menyebut perlu adanya dukungan dari Pemerintah baik dalam kebutuhan pinjaman modal kerja ataupun tambahan penyertaan modal negara. Dimana hal tersebut dikaitkan dalam penguatan daya saing ke depannya.

Toto menyebut sudah ada perusahaan plat merah yang sudah mendapatkan tambahan PMN ataupun modal kerja dari Pemerintah. Misalnya pinjaman talangan modal kerja kepada Garuda dan dukungan kepada Indonesia Tourism Development Coporation (ITDC).

"ITDC ini penting karena di November tahun ini bisa selesaikan penyelenggaraan GP 500 race. Jadi kalau ini terlaksana jadi pintu penting bahwa ekonomi pariwisata Indonesia akan segera pulih dan beri sinyal ke dunia Indonesia sudah cukup aman," jelasnya.

Baca Juga: Didominasi investor lokal, prospek pasar surat utang 2021 tetap positif

Dalam pengelolaan BUMN Indonesia ke depan Toto mengatakan perlu adanya peningkatan BUMN yang masuk ke dalam kategori contributors, melakukan restrukturisasi bagi BUMN yang kurang sehat secara keuangan dan kontribusi kepada sektor publik sudah minimal.

"Indonesia sudah ada dalam proses percepatan restrukturisasi dengan pembentukan beberapa holding company yang arahnya akan membuat jumlah BUMN semakin sedikit. Sehingga kontrol monitoring semakin baik," kata Toto.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Mansury menginginkan agar BUMN tak hanya melakukan pemulihan usaha dampak dari pandemi. Tetapi perusahaan plat merah juga diharapkan mampu membuat pengembangan bisnis model yang baru untuk pengembangan ekonomi baik jangka pendek, menengah dan panjang

Pahala memberikan contoh seperti adanya pengembangan Indonesia Battery Corporation atau holding EV Battery.

"Diharapkan EV Battery akan melakukan investasi dari hulu dan hilirnya. Jadi Indonesia bisa diharapkan punya industri baterai yang terintegrasi. Kita harapkan industri baterai jadi masa depan di sektor energi baru dan terbarukan. Indonesia tidak hanya memiliki pasarnya, tapi juga kita punya memiliki SDA untuk produksi baterainya. Ini momentum positif," jelas Pahala.

Pahala menambahkan, saat ini jadi momentum yang harus dimanfaatkan Indonesia bukan hanya untuk menata ulang sektor industri dan ekonomi di Indonesia, namun juga jadi waktu yang tepat untuk berinvestasi dalam sektor ekonomi masa mendatang. Dengan memanfaatkan momentum ini maka diharapkan ke depan Indonesia jadi lebih mandiri terutama di sektor pangan, kesehatan dan energi.

Selanjutnya: Proyek jalan tol dan holding BUMN hotel jadi katalis Wijaya Karya (WIKA)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .