Pengamat: saham IPO tergantung fundamental



JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) menutup capaian perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) pada semester 1-2017 sebanyak 18 perusahaan. Dari 18 perusahaan tersebut, tidak semua berkineja saham positif. Bahkan, beberapa perusahaan justru mencatatkan kinerja saham yang negatif.

Teguh Hidayat, Direktur Avere Mitra Investama mengapresiasi kinerja BEI yang bisa meningkatkan jumlah perusahaan melakukan IPO. Hanya saja dia mencermati nilai kapitalisasi perusahaan tersebut rata-rata masih kecil. Yakni dibawah Rp 1 triliun. "Kalau saya cermati, sejak WSBP (PT Waskita Beton Precast Tbk) melakukan IPO tahun lalu, belum ada IPO yang menarik," kata Teguh kepada KONTAN, Senin (10/7).

Pengamat pasar modal ini menyatakan, meskipun memiliki kapitalisasi yang kecil, perusahaan yang melakukan IPO bisa menambah daftar perusahaan baru. Sehingga bila suatu hari nanti memiliki kinerja fundamental yang bagus dan memiliki harga yang murah, bisa menjadi pilihan.


Namun, menurutnya hal tersebut membutuhkan waktu. Investor harus membeli dengan melihat bagaimana perkembangan kinerja perusahaan pada waktu mendatang. "Kalau kinerja mereka bagus dan harga masuk akal, maka sebagai investor punya pilihan saham baru. Penilaian ini mungkin nampak, 2-3 tahun mendatang," ujarnya.

Dia menilai, sebagian besar harga saham perusahaan yang sudah melakukan IPO tahun ini masih mahal. Selain itu, jumlah saham yang dilepas juga tidak terlalu besar, sehingga investor ritel tidak banyak mendapatkan porsi.

"Jadi kalau saya sendiri, mau kenaikan atau penurunan harga saham IPO, pada akhirnya saham-saham tersebut, akan kembali lagi ke fundamental mereka masing-masing," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia